Presiden Afghanistan Berjanji Bebaskan 2.000 Tahanan Taliban
HIDAYATUNA.COM – Menyambut baik pengumuman gencatan senjata selama tiga hari liburan Idul Fitri yang dikeluarkan oleh kelompok bersenjata Taliban pada beberapa hari yang lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani akhirnya memulai proses pembebasan hingga 2.000 tahanan Taliban sebagai ‘isyarat niat baik’ dari pemerintahannya.
Pada hari Minggu kemarin, juru bicara dari Ghani, Sediq Sediqqi, mengatakan melalui akun Twitternya, bahwa keputusan tersebut diambil ‘demi memastikan keberhasilan dalam mencapai proses perdamaian (di Aghanistan)’.
Ghani sendiri juga telah mengatakan bahwa delegasi dari pemerintahannya ‘telah siap untuk segera memulai pembicaraan damai’ dengan kelompok Taliban.
Nantinya, negosiator dari pemerintah Afghanistan akan dipimpin oleh mantan saingan Ghani, Abdullah Abdullah, setelah keduanya menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan pada pekan lalu, yang sekaligus mengakhiri krisis politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di di negara tersebut.
Menurut laporan yang ada, sebelum munculnya pengumuman pada hari Minggu itu, Kabul (ibukota Afghanistan) sendiri telah membebaskan sekitar 1.000 tahanan Taliban, sementara Taliban juga telah membebaskan sekitar 300 anggota dari pasukan keamanan Afghanistan yang sedang mereka tahan.
Taliban mengatakan bahwa pihak mereka telah berkomitmen untuk membebaskan para tahanan pasukan keamanan Afghanistan, oleh karena itu mereka juga menekankan dan mengingatkan kembali kepada Kabul, bahwa perjanjian yang ada dan telah disepakati dengan Amerika Serikat (AS) di Doha, adalah untuk ‘membebaskan 5.000’ anggota kelompok mereka.
“Proses ini harus diselesaikan terlebih dahulu untuk menghilangkan rintangan yang menghalangi dimulainya negosiasi intra-Afghanistan,” kata Suhail Shaheen, seorang juru bicara dari kelompok Taliban, melalui akun Twitternya.
Perlu diketahui, tawaran gencatan senjata dari kelompok Taliban sendiri datang hanya beberapa hari setelah pemimpin Haibatullah Akhunzada mendesak Washington untuk ‘tidak menyia-nyiakan’ kesempatan yang telah diberikan oleh perjanjian Doha, yang mengatur panggung bagi penarikan pasukan AS dari negara itu setelah lebih dari 18 tahun lamanya.
Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, yang menjadi perantara pada perjanjian tanggal 29 Februari lalu itu, mengatakan bahwa gencatan senjata ini adalah ‘peluang penting yang tidak boleh dilewatkan’. Dia juga berjanji bahwa AS akan terus berusaha untuk ‘melakukan bagiannya dalam membantu tercapainya perdamaian di tanah Afghanistan’.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, juga memuji pengumuman gencatan senjata tersebut, tetapi ia juga menambahkan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu kemarin, bahwa ia berharap ‘agar Taliban tetap mematuhi komitmen mereka untuk tidak membiarkan tahanan yang nantinya akan dibebaskan, untuk kembali lagi ke medan perang’.
Dia juga mendesak kepada kedua belah pihak untuk terus menghindari peningkatan aksi kekerasan, walaupun perayaan Idul Fitri nantinya akan usai. (Aljazeera.com)