Kepemimpinan Muslim dalam Sejarah Islam Mongol

 Kepemimpinan Muslim dalam Sejarah Islam Mongol

Kepemimpinan Muslim dalam Sejarah Islam Mongol (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Ketika membincang sejarah Mongol, maka tidak lepas dari bayang-bayang nama besar pemimpin dunia yakni Jengis Khan. Penguasan empat benua itu dalam sejarahnya memiliki jangkauan luas kekuasaan yang sangat besar.

Meski Jengis Khan bukanlah seorang muslim dan ia terkenal sebagai penghancur peradaban Islam, namun darinya lahir kemudian anak-anak dan cucunya yang memeluk Islam.

Magister Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, Anggit Pragusto Sumarsono dalam artikelnya menyebutkan bahwa Jengis Khan membagi kekuasaan kepada anaknya yakni Ogedei Khan yang meliputi negeri Mongolia, China dan Hotan (Turkestan Timur).

“Ogedei Khan juga dinobatkan sebagai Khan Agung Mongol yang membawahi seluruh wilayah bagian Mongol yang telah dibagi-bagi oleh Jengis Khan kepada 4 anaknya,” ungkap Anggit.

Menurutnya, Islam telah sampai ke negeri Cina semenjak era Utsman bin Affan melalui jalur perdagangan dan dakwah. Pada era Bani Umayah juga ada 16 utusan delegasi Islam dikirim ke negeri Cina, sedangkan pada era Bani Abbasiyah dikirim lagi 12 utusan.

“Islam mulai benar-benar tersebar pada masa Kubilai Khan, pada masa ini banyak kaum muslimin dari Turkestan dan Transoxiana yang menjadi tentara Mongol,” tulisnya.

Pada masa Kubilai Khan, di kalangan pejabat, muslimin memerintah hingga 8 provinsi dari 12 provinsi yang ada di negeri Cina.

Salah satu muslim yang terkenal pada masa Dinasti Kubilai adalah Zhansiding Wumar (Sayyid Ajjal Syamsuddin Umar) yang merupakan komandan militer yang berturut-turut kemudian menjadi hakim di Kota Beijing, wali kota Beijing dan pengarah politik di Istana Kubilai Khan.

“Sentimen terhadap Muslim di Cina mulai muncul pada masa era Dinasti Manchu,” kata Anggit.

Hal ini lanjut dia, terjadi karena umat Islam dengan kelebihan dalam keilmuannya berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan sehingga menimbulkan kecemburuan sosial. Umat muslim banyak merasakan penindasan pada masa Dinasti Manchu tersebut.

“Umat Islam di Cina kemudian ikut andil dalam berdirinya pemerintah Republik China sebagai upaya untuk bisa lolos dari penindasan Dinasti Manchu,” jelasnya.

Pemerintahan Republik Cina pun mengakui Islam sebagi salah satu unsur pembentuk Republik Cina yang teridiri dari :1) Orang Cina, 2) Orang Manchu 3) Orang Mongol, 4) Bangsa Hui (Islam) dan 5) Orang Tibet.

“Itulah sebabnya pada awal berdirinya dulu bendera Republik Cina terdiri dari lima warna : merah, kuning, biru, putih (islam) dan hitam sampai akhirnya Republik Cina mengalami kekalahan dari kaum Komunis Tiongkok pada tahun 1949,” tandasnya.

Septiani Astuti

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *