Potret Sejarah Masjid Umayyah

 Potret Sejarah Masjid Umayyah

Potret Sejarah Masjid Umayyah

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sebelum menjadi sebuah masjid, Masjid Umayyah adalah sebuah gereja yang dibangun pada masa Romawi. Sebelum menjadi gereja, bangunan itu merupakan tempat pemujaan bangsa Yunani, yang dibangun sekitar tahun 1000 SM.

Pada abad pertama Masehi, bangsa Romawi berhasil merebut Damaskus dari tangan bangsa Aram. Penguasa baru ini kemudian memperluas bangunan cikal bakal Masjid Umayyah tersebut untuk digunakan sebagai tempat penyembahan Dewa Jupiter.

Setelah agama Kristen berkembang di Kerajaan Romawi, Kaisar Theodosius melarang penyembahan dewa-dewa dan mengubah bangunan ini menjadi sebuah gereja katedral dengan nama Gereja St. John Baptist Basilika.

Pada tahun 636, bangsa Arab mengalahkan Romawi dan mereka pun berkuasa atas Damaskus. Abu Ubaidah bin Jarrah adalah pejuang Islam yang mula-mula memfungsikan bangunan tersebut menjadi masjid.

Namun sebagian bangunannya masih digunakan sebagai gereja. Masjid ini dibangun pada masa Khalifah al Walid bin Abd al-Malik dari Dinasti Umayyah pada tahun 88-97 Hijriah di kota Damaskus, Suriah. Bangunan ini mengadopsi tipe bangunan dari Masjid Nabawi di Madinah.

Setelah penaklukan Arab atas Damaskus, masjid tersebut dibangun di tempat yang sebelumnya adalah basilika Kristen.

Masjid ini memiliki makam peninggalan suci yang diyakini hingga kini masih berisi kepala Yohanes pembabtis Yahya yang dihormati sebagai nabi baik oleh Kristen atau Islam.

Selain itu, masjid ini juag menyimpan tanda dari Syi’ah diantaranya tempat dimana kepala Husain bin Ali yang disimpan oleh Yazid bin Muawiyah.

Mengingat jumlah umat Islam mengalami pengingkatan yang pesat, bahkan hampir semua penduduk Damaskus beragama Islam Khalifah al Walid memutuskan untuk membeli gereja tersebut dari umat kristen, kemudian merobohkannya dan menjadikan seluruh bangunan sebagai masjid pada tahun 705 M.

Khalifah berhasil membangun sebuah masjid yang menjadi salah satu bangunan terbesar yang pernah di bangun sejak zaman Romawi.

Setelah merobohkan Gereja dan membangun masjid, Khalifah tetap menunjukkan toleransinya terhadap penganut agama Kristen namun, Khalifah tetap menunjukkan toleransinya terhadap penganut agama Kristen, dengan membangun sebuah gereja baru bagi mereka.

Meski bentuk dan arsitekturnya mengalami perubahan sesuai dengan fungsi masjid, tetapi perubahan itu tidak total. Dua dari tiga buah balkon, misalnya amsih tetap dipertahankan.

Berkat selera arsitektur Khalifah al-Walid ayng tinggi, akhirnya berdirilah sebuah masjid dengan sentuhan teknologi modern dengan tetap memperhatikan aspek estetika. Pada masa keemasan pemerintahan Islam, Masjid Umayyah menjadi pusat kegiatan umat Islam.

Pada tahun 461 H, masjid ini terbakar. Bangunan masjid kemudian diganti sehingga bentuknya berbeda dengan bentuknya semula.

Bentuk bangunan mengikuti model masjid biasa yang dilengkapi empat buah mihrab, tiga buah kubah, tiga menara yang menjulang ke langit, tiga buah sauma’ah dan empat buah gapura.

Menara pada masjid Umayyah merupakan menara pertama pada bangunan masjid.

Awalnya, pada bekas bangunan gereja St. John Baptist Basilika tersebut terdapat dua buah menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu pada malam hari. Menara itu merupakan salah satu ciri khas bangunan Romawi.

Kedua menara peninggalan bangunan gereja tersebut berada di sisi barat dan timur. Menara sebelah timur atau disebut Menara Isa diyakini sebagai tempat akan turunnya Nabi Isa AS.

Khalifah al Walid sengaja mempertahankan kedua menara yang bertengger di bangunan bekas gereja tersebut.

Bahkan, untuk menambah kemegahan Masjid Umayyah, beliau membangun lagi sebuah menara di pelataran masjid sisi utara, tepatnya di atas Gerbang Firdaus. Menara ini biasa disebut Menara Utara Masjid Umayyah. []

Elisa Afia

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *