Potret Perkembangan Islam di Asia Tengah
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Asia Tengah merupakan daerah yang membentang dari Laut Kaspia sebelah barat sampai sebelah timur, dari perbatasan Rusia di sebelah utara sampai perbatasan Pakistan dan Iran di sebelah selatan.
Islam memiliki sejarah panjang di kawasan Asia Tengah yang hadir di sana sejak abad ke-7 melalui para pedagang Arab. Sejak saat itulah Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tengah.
Islam diberbagai wilayah Asia Tengah sejak awal telah memperlihatkan karakteristik penyebaran awalnya. Masyarakat muslim di wilayah tersebut mayoritas adalah berakidah Sunni dan bermazhab Hanafiyah, rata-rata mereka berasal dari Turki, dan bertutur bahasa Turki.
Pada pertengahan abad ketujuh masehi, Arab berhasil membawa Islam ke Trankaukasia Timur. Kendatipun ditentang oleh orang Georgia dan orang Yahudi di wilayah ini.
Namun dakwah Islam berlangsung dengan cepat sehingga pada abad kedelapan di mana mayoritas penduduk sudah menjadi seorang muslim.
Pada abad ke-8 terjadi penyerangan pasukan Islam, penyerangan pasukan Islam terjadi kembali kurang lebih hingga setengah abad.
Sejak saat itulah penguasa-penguasa lokal di seluruh Transoxania dan kerajaan-kerajaan didirikan, baik dari suku Turki maupun Persia, memeluk Islam.
Akan tetapi, masyarakat penghunu stepa masih jauh dari jangkauan Islam dan masuk Islam secara individual atau menjadi tentara belian atau Mamluk.
Sejak abad 10 M sampai dengan abad ke-14 suku-suku Turki banyak banyak yang berimigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab, dan sebaliknya, para pedagang Persia dan para pemimpin Arab berdatangan di negeri ini.
Islamisasi berlangsung hingga abad ke-12 ketika perlawanan orang yahudi dan orang kristen sudah tidak ada lagi.
Periode damai ekspansi Islam ke Asia Tengah datang bersama para pedagang sepanjang rute-rute perdagangan bulu binatang dan sutra yang termasyhur.
Abad ke-13 adalah abad kegelapan bagi Islam di Asia Tengah karena invasi Mongol. Pada mulanya kekuasaan mongol sangat anti-islam karena banyak pemimpin mongol yang beragama Budha dan Kristen.
Akan tetapi, Islam tetap bertahan berkat usaha dakwah yang dilakukan oleh tarekat-tarekat sufi yang banyak menarik masyarakat masuk Islam dan bahkan penguasa mongol.
Abad ke-14 wilayah-wilayah penting muslim masuk kekaisaran Rusia, seperti Kazan, Astrakhan, dan Siberia Barat.
Pada masa ini umat Islam diperlakukan sebagai warga Rusia yang tidak mendapatkan hak seperti yang dinikmati oleh orang Kristen dan dibeberapa wilayah para pemimpin agama Islam diusur ke pedalaman dan masjid-masjid dihancurkan.
Perkembangan Islam di negara ini pun mengalami pasang surut. Masa paling suram terjadi selama hampir tujuh dekade ketika rezim komunis soviet menguasai sebagian besar wilayah Asia Tengah.
Saat itu, ribuan pemuka muslim terbunuh dan kehidupan beragama diawali dengan ketat oleh pemerintah. Namun setelah invasi jerman ke Uni Soviet (1941), kebijakan terhadap Islam menjadi lebih moderat.
Pada awal tahun 60-an, Rezim Nikita Khrushchev kembali meningkatkan eskalasi propaganda anti Islam. Lima tahun kemudian penguasa Soviet menutup mayoritas masjid yang masih berfungsi.
Hal itu berlanjut hingga tahun 70 dan 80-an. Di Asia Tengah khususnya, dampak perang di Afghanistan terlihat di Uzbekistan dan Tajikistan, yang akhirnya memunculkan gerakan perlawanan di sejumlah negara Asia Tengah.
Konflik terus berlanjut hingga setelah runtuhnya Uni Soviet berarti lahir lah kembali Islam yang dibarengi dengan gerakan dakwah Islam.
Ribuan masjid dan sekolah Islam di buka kembali. Negara Asia Tengah yang merupakan bekas Pasca-Soviet mengobarkan kembali semangat islamnya secara terbuka bahkan melalui jenjang-jenjang jabatan di partai komunis, mendukung islam sebagai keyakinan religius nasional karena keyakinan tulus dan kebutuhan politik dan terjalin ikatan antara negara-negara muslim baru dan dunia Islam lainnya termasuk kedutaan-kedutaan besar serta anggota asosiasi-asosiasi ekonomi Islam.
Dari perjalanan panjang kesadaran Islam di wilayah-wilayah Soviet di Asia tengah baik secara religius maupun kultural tidak dapat dihapus dengan cara halus maupun kasar.
Meskipun ketaatan religius kaum muslim dibekas uni soviet tidak sempurna akibat terisolasi dari dunia Islam yang lebih besar selama hampir delapan dasawarsa, perasaan mereka sebagai bagian umat islam sangat kuat dan meningkat.
Di beberapa negara baru bekas koloni soviet, kelompok-kelompok politik penting menyerukan didirikan republik-republik Islam dan selalu menghormati unsur-unsur Islam dalam kekuatanpolitik mereka.
Dengan demikian, masyarakat muslim Asia Tengah baru mulai babak baru dalam kehidupan masyarakat dan bernegara yang telah lama kehilangan warisan islamnya.
Dalam perkembangan Islam disini juga Tasawuf berperan besar. Tokoh tasawuf yang berpengaruh sangat besar di Asia Tengah adalah Khoja Ahmad Yasawi (w. 1116 M).
Sifat tasawuf yang longgar terhadap tradisi keagamaan sebelum Islam menjadikan pemerintahan penerimaan masyarakat terhadap Islam menjadi mudah. Namun hal ini mengakibatkan Islam tercampur dengan tradisi pra Islam, terutama Samanisme, Tangrisme dan Budhisme. []