Posisi Tengah Asy’ariyah dalam Memahami Sifat Khabariyah

 Posisi Tengah Asy’ariyah dalam Memahami Sifat Khabariyah

Mendudukkan Istilah Jauhar, Jisim dan Aradl (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Ada dua kubu yang saling bertolak belakang dalam menyikapi Sifat Khabariyah seperti yadullah, wajhullah dan seterusnya. Kubu pertama adalah kubu Muktazilah yang mentakwil semua itu tanpa sedikit pun menyisakan makna darinya.

Kubu kedua adalah Hasyawiyah yang menetapkan maknanya apa adanya sebagai anggota badan Allah. Posisi Asy’ariyah berada di tengah mereka bedua sebagaimana diceritakan oleh Imam Ibnu Asakir al-Asy’ari sebagai berikut:

وَقَالَت الْمُعْتَزلَة لَهُ يَد يَد قدرَة ونعمة وَوَجهه وَجه وجود وَقَالَت الحشوية يَده يَد جارحة وَوَجهه وَجه صُورَة فسلك رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ طَريقَة بَينهمَا فَقَالَ يَده يَد صفة وَوَجهه وَجه صفة كالسمع وَالْبَصَر

“Muktazilah berkata bahwa Allah mempunyai ‘tangan’ berupa kekuasaan dan nikmat dan mempunyai ‘wajah’ berupa wujud. Hasyawiyah berkata bahwa tangan Allah adalah anggota badannya, dan wajahnya adalah bentuk tertentu. Kemudian Imam Abul Hasan al-Asy’ari raliyallhu ‘anhu menempuh jalan di antara keduanya. Dia berkata: tangan Allah adalah sifat, wajahnya juga sifat, sama seperti sama’ dan bashar.” (Ibnu Asakir, Tabyin Kadzib al-Muftari)

Posisi pertengahan ini tidak mentakwil tangan menjadi kekuasaan seperti dilakukan oleh muktazilah. Tetapi juga tidak memahaminya sebagai anggota badan Allah sebagaimana dikatakan Hasyawiyah yang selalu ‘ngotot’ memakai makna dhahir tajsim.

Imam Abul Hasan al-Asy’ari tetap menetapkan yad, wajh, dan seterusnya tetapi dalam makna sebagai sifat. Maksud dari sifat di sini berarti sesuatu yang abstrak (maknawi) yang bukan fisik. Sama seperti mendengar dan melihat yang keduanya adalah abstrak.

Poin inilah yang sulit sekali dipahami para Taymiyun/Wahabi saat ini. Di mana mereka juga sama mengaku tidak menetapkan anggota badan Allah dan juga sama-sama menyebutnya sebagai sifat. Tetapi tidak tahu apa yang dimaksud dengan sifat sehingga komentar mereka selalu mengarah ke pendapat Hasyawiyah (Hanabilah garis bengkok).

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *