Ponpes Kaligrafi Al Quran Lemka, Mencetak Ahli Kaligrafi Profesional

 Ponpes Kaligrafi Al Quran Lemka, Mencetak Ahli Kaligrafi Profesional

HIDAYATUNA.COM – Ponpes (Pondok Pesantren) Kaligrafi Al Quran merupakan pondok pesantren yang lebih dikhususkan bergerak di bidang pengembangan seni kaligrafi. Adapun santrinya yang diajarkan untuk belajar menciptakan para khattat, pelukis kaligrafi, dan guru khat yang mahir dan berwawasan seni Islam yang luas, berani tampil berkompetisi dalam lomba kaligrafi Nasional, ASEAN maupun internasional dan mampu menciptakan lapangan kerja dari usaha kaligrafi.

Gagasan mendirikan Ponpes Kaligrafi Al Quran tersendiri ini merupakan langkah berani, karena sebelumnya tidak ada pesantren yang mengkhususkan seni kaligrafi, di samping tilawah, tahfidz, dan tafsir.

Ponpes Kaligrafi Al Quran ini didirikan pada hari Ahad, tanggal 9 Agustus 1998 diresmikan pendirinya langsung oleh Drs. H. Didin Sirojuddin AR, M.Ag. Beliau merupakan ulama dan Dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN)  serta Kaligrafer Internasional. Untuk lokasi pesantren sendiri terletak di Jalan Bhineka Karya RT.003 RW.006 Desa Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Awal muasal cita-cita Drs. Didin Mendirikan Pesantren Kaligrafi ini berawal dari kegemarannya melukis. Ia sejak kecil sudah memawirisi darah seni dari kakeknya. Ibunya yang ahli memahat bangunan dengan sangat rapih, dari situ sudah mengenal dunia seni lukis.

Pak Didin sapaan akrab dilingkunganya, ia lahir di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1957. Beliau sudah bisa melukis sejak sebelum masuk Sekolah Dasar. Memulai melukisnya juga dengan peralatan yang sangat sederhana, arang dapur, kuas dari kayu yang ditumbuk, serta kulit pohon sebagai media, sebagaimana layaknya orang zaman purba.

Setelah Pak Didin beranjak dewasa, untuk melanjutkan pendidiknya ke Pondok Pesantren Modern Gontor Jawa Timur pada tahun 1969, beliau baru menemukan sesuatu yang selama ini dicarinya. Dari sini beliau mendapatkan pelajaran khat atau seni kaligrafi. Ponpes Kaligrafi Al Quran tersebut memang sangat mendorong lahirnya seniman dan banyak aktivitas kesenian. Beliau tidak hanya gemar melukis saja, tetapi mendirikan SA-KISDA (Sanggar Pelukis Darussalam) yang sekarang berkembang berbagai jenis kursus-kursus seni Islam dan mendirikan AKLAM (Asosiasi Kaligrafer Darus-salam).

Akibat keterbatasan buku panduan di bidang kaligrafi sempat menyulut rasa haus beliau. Tersentuhlah keinginan beliau untuk membuat perkumpulan para khattat dan menuliskan sebuah karya di bidang seni kaligrafi. Ia lulus dari Pondok Pesantren Tebuireng dan melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tahun 1975.

Beberapa tahun kemudian beliau mendirikan LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al-Quran) IAIN Jakarta tahun 1985. baru tiga belas tahun kemudian yaitu tahun1998 cita-cita mendirikan pesantren terwujud yaitu Ponpes Kaligrafi Al Quran.

Pak Didin juga mendapati gelar sebagai penulis kaligrafi professional pada jamannya, segudang prestasi pernah diraih bapak satu anak ini, diantaranya sebagai juara MTQ Nasional, dan Juara I Peraduan Menulis Khat ASEAN di Brunei Darussalam tahun 1987. Karier beliau juga pernah menjadi Dewan Hakim Kaligrafi Di berbagai perlombaan baik nasional maupun internasional dan mengikuti berbagai pameran kaligrafi. Hasil karya dar tangan beliau ini pula telah lahir berbagai macam buku seni kaligrafi al-Quran.

Pak Didin merencanakan pembangun pesantren ini pada tahun 1986, disaat kegiatan penataran dewan MTQ jawa Barat di Bandung. Pada saat itu, didalam suatu kegiatan tersebut Pak Didin melontarkan suatu gagasan dan keinginannya mendirikan pesantren khusus kaligrafi di daerah Sukabumi.

Langkah mewujudakan cita-cita tersebut tidaklah mudah, banyak hambatan dan kendala yang harus dihadapi lelaki jebolan Pondok Pesantren Gontor ini. Kendala pertamanya ia kesulitan mencari lokasi. Sudah enam kali ia gagal mencari lokasi yang tepat bagi pondok pesantren yang dicita-citakannya itu. Ia sempat mengunjungi Bogor, Cibinong dan Jakarta untuk menentukan lokasi yang tepat. Tetap saja pada akhirnya seperti gagasan awal lokasi yang dirasa tepat di Sukabumi.

Pada masa awal pembuka pesantren ini keluarganya memberikan wakaf tiga bilik rumah. Kemudian disusul warga lainnya yang mewakafkan sebuah Musholla dan Kolam serta sebidang tanah.

Kendala lain yang dihadapi adalah mencari santri dan peserta didik yang memiliki minat untuk memperdalam dunia seni kaligrafi Islam. Pak Didin sendiri mencoba menawarkan kepada para khattat (penulis khat) yang ada di Jawa Barat, namun, sambutannya kurang memuaskan, karena kebanyakan dari mereka memiliki kendala masing-masing, seperti masih kuliah dan sebagainya. Karena itu beliau sendiri sampai berkeliling, sampai ke daerah-daerah untuk mempromosikan pondok pesantrennya.

Perjuangannya beliau bahkan pernah mengirim sebanyak 300 surat ke berbagai daerah untuk meminta utusan dari berbagai daerah tersebut yang mau belajar kaligrafi Islam.

Meskipun begitu, berdirinya Ponpes Kaligrafi Al Quran cukup banyak mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Tentu tidak semerta-merta mendongkrak minat para peserta didik. Seringkali para peserta didik atau santri datang bergantian dalam setiap tahunnya, tidak menetap lama di pondok ini.

Pada saat ini ada kurang lebih 9 orang santri dari daerah, 25 orang santri dari Jakarta, dari Jawa Barat ditambah 92 orang santri TKA/TPA Plus Kaligrafi dan tidak lama lagi dari berbagai daerah yang menyatakan akan mengirimkan santri ke pesantren tersebut.

Pesantren ini terbuka untuk umum bagi para santri dari berbagai daerah manapun. Pendaftaran di pondok pesantren ini tidak rumit, tidak ada syarat ijazah formal, seperti SD, SLTP dan seterusnya. Karena yang dinilai dari pesantren ini adalah kemahiran dalam hoby dan minat dari santri sendiri. Namun pada umumnya yang datang ke pondok pesantren ini adalah mahasiswa tidak aktif maupun sarjana.

Pondok pesantren ini lebih memprioritaskan dalam memilih calonnya yang memiliki sedikit kemampuan dan punya kemauan atau minat besar untuk mengembangkan Kaligrafi Al-Qur’an. Tetapi pada dasarnya pondok pesantren ini kebanyakan yang datang ke pondok pesantren ini, terutama yang di luar Jawa, adalah para khattat daerah yang sudah sering menjuarai MTQ, baik tingkat kabupaten maupun tingkat propinsi.

Walaupun sedemikian rupa para khattat yang masuk ke pondok pesantren ini harus memulai dari titik nol, dari tidak bisa apa-apa. Karena tujuan pesantren ini agar proses pembinaan berjalan lebih mudah dibandingkan jika mereka tetap membawa kemampuan awalnya.

Ada beberapa alasan didirikannya pondok pesantren yang lebih menekankan kepada kemampuan menulis kaligrafi ini. Pak Didin mempunyai keinginan cita-cita dalam hidupnya untuk pengembangan dan pengabdian Seni Kaligrafi Al Quran.

Lembaga yang didirikan oleh Pak Didin pada tahun 1985 di IAIN atau sekarang UIN Jakarta adalah LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al Quran), pada perjalanan selanjutnya membutuhkan sebuah Laboratorium Kaligrafi, sebab selama ini peserta LEMKA banyak yang pulang pergi. Begitu banyaknya kebutuhan wilayah dan daerah terhadap pembina dan instruktur kaligrafi. Sebab itu adanya yang di harapkan dari pesantren ini sebagai sebuah up grading Pembinaan Kader

Wilayah pondok pesantren ini diharapkan mampu melahirkan santri dan peserta didik yang handal di masa depan terutama dalam bidang seni kaligrafi Al Quran.

Sangat stretgis untuk letaknya pesantrenya dan udaranya yang sejuk, Ponpes Kaligrafi Al Quran Lemka menjadi kampus seniman muslim yang nyaman untuk tafakur dan mengolah Ilham dalam berkarya.

Pesantren satu-satunya di Indonesia yang khusus bergerak di bidang pengembangan seni kaligrafi yaitu Pondok Pesantren Kaligrafi. Dari pondok pesantren ini telah lahir para ahli kaligrafi tingkat nasional maupun internasional. Santi-santrinya yang mondok di pesantren berlatih menggoreskan alat tulis kaligrafi yang disebut adam ke atas kertas. Membuat lafal-lafal Arab menjadi menarik dan indah.

Sumber:

  • Pesantren Kaligrafi Al Quran Lemka.
  • Pesantren Kaligrafi Lemka Cetak Jagoan Kaligrafi.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *