Pondok Pesantren Ora Aji, Tempat Menggali Banyak Arti

 Pondok Pesantren Ora Aji, Tempat Menggali Banyak Arti

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pendiri Pesantren Property Indonesia Bambang Ifnurudin Hidayat mempunyai program beasiswa untuk para santri di pesantrennya. (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Lembaga pondok pesantren sudah lama berkembang dan menjadi bagian penting dalam pendidikan putra-putri bangsa Indonesia, bahkan sejak sebelum merdeka. Pesantren yang dikatakan sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia kini semakin berkembang, salah satunya dengan berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji.

Pondok Pesantren yang terletak di Dusun Tundan, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Seleman Yogyakarta ini didirikan oleh Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah. Beliau merupakan keturunan ke-9 Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.

Berbeda dengan pesantren umumnya menggunakan bahasa Arab atau menggunakan nama daerah, namun pesantren yang didiriakn Gus Miftah ini sangat nyeleneh dengan menggunakan bahasa jawa “Ora Aji”. Makna yang dikandungnya pun sangat unik, “Ora Aji” artinya tidak berharga/berarti. Konon ini dimaksudkan bahwa semuanya tidak berarti dihadapan Allah.

Keunikan lainnya, juga pada penamaan masjid di pesantren ini sebagai bangunan utama untuk melaksakan berbagai kegiatan. Namanya adalah Masjid Al-Mbejaji, ini dimaksudkan setiap orang yang semula kurang baik setelah masuk dan beribadah di masjid ini menjadi lebih bernilai.

Siapa Saja Boleh Nyantri di Ponpes Ora Aji

Pesantren Ora Aji ini tepatnya berdiri pada tahun 2011, semula berdiri di atas lahan 1.500 meter. Tanah ini adalah buah pemberian dari jemaah Gus Miftah, yaitu pemilik Toko Merah sebuah toko yang berjualan alat-alat tulis kantor. Di Toko Merah ini biasanya juga menjadi tempat ngaji rutinan yang diasuh oleh Gus Miftah kala itu.

Setelah mendapatkan tanah tersebut, Gus Miftah mencoba mendatangi lokasinya, saat itu masih berupa hutan dan banyak ular. Akhirnya beliau membersihkan sendiri pepohonan dan ranting untuk kemudian didirikan rumah dan masjid.

Berbekal uang 20 juta beliau nekat mendirikan rumah. Kemudian mendirikan masjid, bahkan dalam prosesnya sempat tertipu orang sampai 50 juta. Meskipun demikian beliau tidak menyerah dan terus berusaha. Namanya niat baik pasti menemukan jalannya sehingga kemudian berdirilah masjid megah yang diberi nama Masjid Al-Mbejaji.

Ke-nyentrikan pesantren Ora Aji ini tidak hanya sebatas penamaan tetapi juga para santri yang belajar di sini. Pasalnya, santri yang sedang ngangsu kaweruh disini berasal dari berbagai kalangan, bahkan diantaranya ada yang mantan narapidana, mantan pegawai salon plus-plus dan mantan pegawai tempat hiburan malam.

Kini santri Ponpes Ora Aji ini sudah mencapai 200 orang. Kesemuanya dapat tinggal, makan, belajar dan mengaji secara gratis. Banyak artis lokal bahkan Ibukota pernah menyambagi pondok pesantren ini, bahkan ada pejabat yang ikut nyantri di sini.

Seiring terkenalnya Gus Miftah, Ponpes Ora Aji juga dikenal banyak kalangan dan silih berganti dikunjungi oleh pejabat. Pesantren ini begitu terbuka, siapa saja boleh datang untuk ingin bertamu dengan berbagai alasan serta tujuan.

Selain membina santri, Pesantren Ora Aji rutin mengadakan pengajian di Ponpes Ora Aji setiap Ahad Pahing. Pesertanya datang dari mana-mana, termasuk para pekerja seks di Sarkem (sebuah tempat yang dikenal sebagai kawasan lokalisasi) Yogyakarta.

Dawamun Niam Alfatawi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *