Pondok Pesantren Mandiri yang Sastrawi

 Pondok Pesantren Mandiri yang Sastrawi

Potret Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Seperti pada lazimnya, pondok pesantren adalah sebuah lembaga yang mengkaji tentang ilmu agama Alquran, hadis dan kitab kuning. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesantren adalah asrama santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya; pondok.

Namun di sini, di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di desa Cabean, Panggungharjo, Sewon, Bantul ada satu pesantren khusus bagi para mahasiswa. Pesantren ini dikenal sampai sekarang oleh masyarakat Cabean sebagai pondok pesantren yang mandiri, ialah Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari.

Usut punya usut, mayoritas para santri yang mukim di sana berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu. Mereka berasal dari berbagai provinsi seperti, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Di Pondok Pesantren mahasiswa ini, ditekankan kepada para santrinya untuk terus belajar menulis baik itu berbentuk fiksi atau pun non fiksi. Santri juga sangat dianjurkan untuk tidak meminta kiriman kepada keluarganya.

Lewat tulisan, mereka bisa mandiri dan itu menjadi penunjang hidup mereka. Bagi para santri yang belum bisa menulis dan belum di muat tulisannya di media massa, mereka bisa memulai usaha kecil-kecilan seperti menjual koran, menjaga angkringan, dan lain-lain.

Selain menulis, para santri tentunya akan dipacu untuk semangat mencari ilmu dalam diskusi-diskusi rutin yang dilaksanakan tiga kali dalam satu bulan. Selain itu, tradisi-tradisi keagamaan lainnya seperti salawatan dan ziarah kubur tak pernah luput dari aktivitas para santri.

Kegiatan ini hanya sebagai pelengkap saja karena, apabila membaca dan menulis harus diikuti dengan bersikusi. Sebab berdiskusi sebagai adalah salah satu metode supaya bacaan tidak mudah lupa.

Sejarah Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari

Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari berdiri pada tahun 1995, saat itu belum ada bangunan pesantren. Namun sudah ada santri yang mukim dan tinggal dirumah pengasuhnya.

Pada tahun 2001, seorang tokoh yang tidak asing di Yogyakarta, Zainal Arifin Thoha meresmikan Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari ini. Zainal Arifin Thoha yang akrab disapa Gus Zainal oleh para sahabat dan santrinya, berasal dari Kediri kemudian menetap di Yogyakarta.

Tahun 2002, Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari mulai didatangi para santri yang ingin mukim. Pada saat itu jumlah santrinya berkisar 20 orang yang berasal dari berbagai daerah.

Kemudian Gus Zainal pun mengontrak rumah untuk para santri karena rumah yang di tempati sebelumnya tidak begitu luas. Setiap tahun semakin banyak orang yang mendaftar dan bersedia bermukim di pesantren ini.

Lalu tahun 2006 ada beberapa para santri meminta kepada Gus Zainal untuk mengontak rumah dengan biaya sendiri dan permintaan itu diamini oleh beliau. Lantaran di rumah beliau sudah sesak, saat itu santri yang mukim lebih dari 60 orang.

Kepengurusan Pondok Pesantren Usai Wafatnya Gus Zainal

Pesantren Hasyim Asy’ari lantas dipindahkan daerah Krapyak ke Cabean pasca wafatnya Gus Zainal, yakni pada tahun 2007. Sejak saat itu, pesantren mulai memasuki masa transisi kepangasuhan yang semula dari Gus Zainal kemudian secara otomatis diserahkan langsung kepada istrinya, Nyai Maya Veri Oktavia.

Setelah sempat berpindah sebanyak tiga kali selama di Cabean, kini Pesantren Hasyim Asy’ari telah berdiri kokoh dengan bangunan milik sendiri. Meskipun pesantren ini selalu berpindah, sedikitpun tidak mengurangi semangat para santri dalam menimba ilmu termasuk dari segi menulis, membaca dan berdiskusi.

Hingga saat ini, Pesantren Hasyim Asy’ari yang dikenal sebagai pondok pesantren mandiri masih bisa mempertahankan jejak para santri terdahulu yang biasa hidup mandiri dengan tulisan. Sebuah kebanggaan ketika para santrinya sekarang bisa berprestasi dalam dunia literasi, yakni berupa karya fiksi atau non fiksi berhasil membus media lokal dan nasional.

Pondok pesantren mahasiswa mandiri ini sejak dulu sampai sekarang telah mencetak santri yang berkulitas setelah kembali ke daerah asalnya. Hal ini menjadi bukti keberhasilan pesantren dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan keagamaan tradisional.

Iwanus Surur

Terkait

2 Comments

  • Saya benar benar minta tolong, jawab pertanyaan saya.
    Apa pondok ini menerima santri putri???
    Saya mohon hubungi saya
    085746056518, saya tunggu sampai kapanpun

  • Artikel ini merupakan tulisan dari penulis lepas kami. Redaksi telah menghubungi yang bersangkutan untuk menjawab pertanyaan Anda sejak lama namun belum ada respon. Anda bisa mencoba membuka website pondok tersebut atau menghubungi akun media sosial penulis (Nama penulis tercantum di atas).

    Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *