Pondok Pesantren Ar Rahman, Pusat Rehabilitasi Narkoba

 Pondok Pesantren Ar Rahman, Pusat Rehabilitasi Narkoba

HIDAYATUNA.COM – Berdirinya Pondok Pesantren Rehabilitasi Narkoba Ar Rahman berawal dari keinginan Pimpinan Majelis Dzikir Al Furqon agar segala bentuk pembinaan dan pendidikan di Majelis Dzikir tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk amaliyah secara nyata.

Pemahaman dan pengertian yang diperoleh dari pengajian khusus ketauhidan ini mengajarkan untuk selalu membersihkan hati melalui dzikrullah, serta melakukan amaliyah-amaliyah dalam bentuk kebaikan bagi masyarakat banyak sehingga terbentuk manusia yang “Rahmatan Lil’alamin” (Bermanfaat bagi seluruh alam). Dipilihnya Ar Rahman (Pengasih) sebagai nama, adalah adanya keinginan dan tekad untuk memberikan rasa kasih tanpa pilih kasih terhadap umat Islam.

H. Sukarman Dewhana lebih disapa dengan ayahanda di lingkungan Pondok Pesantren Rehabilitas, Beliau lahir 21 April 1959. Ayahanda Adalah Pimpinan Majelis dzikir Al Furqon yang merupakan cikal bakal dari berdirinya Pesantren dan Rehabilitasi Narkoba. Beliau juga saat ini menjabat sebagai Pembina Yayasan Ar Rahman yang dulunya bernama Yayasan Teknologi Islam Pondok Pesantren Ar Rahman.

Pembangunan Rehabilitasi Narkoba Ar Rahman tersebut bersamaan dengan pembangunan Ponpes Ar Rahman yang dimulai tanggal 3 Desember 1993, di atas tanah wakaf seluas 2 ha lebih dari salah seorang pensiunan Pertamina yang bernama Bapak Toha Usman.

Yayasan panti rehabilitasi narkoba Ar Rahman telah ditunjuk menjadi tempat rujukan nasional bagi pecandu narkoba. Selama bertahun-tahun kegiatan pembangunan Panti tersebut diusahakan, tapi masih dalam tahap penimbunan tanah dan pembersihan lahan. Barulah di tahun 2000 tepatnya tanggal 28 Juli, bangunan tersebut dapat terwujud walaupun sangat sederhana.

Pusat rehabilitasi pengguna narkoba Pondok Pesantren Ar-Rahman di Palembang Sumatera Selatan, kebanyakan klien binaan orang yang direhabilitasi dari negara luar hanya selama 2 bulan. Seharusnya binaan mencapai waktu 6 bulan. Alasannya karena terhalang visa atau izin tinggal, untuk saat ini klien binaan berasal dari Medan, Aceh dan Palembang.

Menangani sekitar 150 orang yang sebagian besar berasal dari Sumatera. Ketua Yayasan Rehabilitasi Ar-Rahman Sahrizal mengatakan, pusat rehabilitasi ini juga menerima pengguna narkoba dari Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Sebagian besar berasal dari Palembang, Aceh, Medan, Jambi, dan Batam. Mereka mendatangi tempat ini tak lain karena metode yang digunakan yakni melalui penekanan perubahan perilaku serta pendekatan spiritual agama.

Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kozo Honsei mengungkapkan, proyek pembangunan rehabilitasi pecandu narkoba di Kota Palembang merupakan bantuan hibah Grassroots untuk keamanan manusia Tahun Anggaran 2016. Bantuan hibah grassroots senilai Rp 1.1 miliar yang telah ditandatangani oleh Pemerintah Jepang dan Yayasan Pusat Rehabilitasi Narkoba Ar Rahman pada Bulan Maret 2016.

Rehabilitasi ini terdiri dari tiga program yakni program reguler, program sekolah, dan program khusus. Program reguler terdiri dari 3 sampai 6 bulan, sedangkan program sekolah 1 sampai dua tahun, sedangkan program khusus yang diperuntukkan untuk kalangan pengguna yang ingin rehabilitasi tanpa meninggalkan pekerjaannya.

Pemerintah Jepang membantu dalam pembangunan ruangan, Jepang juga konsen dalam pemberantasan narkoba dan rehabilitasi, Jepang membantu membangun jumlah kamar sebanyak 10 kamar. Setiap kamar diisi oleh dua klien binaan.

Hanya saja, kurangnya dukungan dari orang tua klien binaan terkadang menjadi kendala. Beberapa pengguna sulit lepas dari narkoba karena proses rehabilitasi yang dijalankan tidak tuntas. Belum sembuh total sudah dibawa pulang.

Saat ini jumlah pengguna narkoba yang sedang melakukan tahap rehabilitasi di asrama tersebut terdapat 46 orang. Sedangkan klien binaan yang menjalani rawat jalan sebanyak 127 orang.

Panti rehabilitasi narkoba itu saat ini kebanyakan penghuninya kalangan remaja usia produktif mulai dari pelajar hingga mahasiswa, sebagian besar dinominasi kalangan usia 15 hingga 25 tahun.

Pembimbing panti lebih menekankan perubahan perilaku pasien melalui pendekatan konseling dan terapi bertujuan melatih kembali kepekaan syaraf, dan kemudian dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari seperti mencuci dan menjemur pakaian serta membersihkan tempat mandi

Selanjunya, rehabilitasi dilakukan melalui pendekatan spiritual agama. Kemudian kegiatan yang melatih interaksi sosial pasien agar tidak terjerumus kembali mengkonsumsi narkoba. Pembimbing panti melakukan pendekatan spritual seperti sholat 5 waktu, membaca Al Quran agar mengembalikan kesadaran mereka soal agama dan Jika mau sembuh harus dimulai dari shalat.

Pertama kalinya para pencandu kebanyakan tidak menyadari kalau diri mereka ada masalah, keinginan untuk berubah masih bimbang dan disitulah peran pembimbing untuk membantu mereka.

Namun ada yang berbeda pada Pondok Pesantren (Ponpes) Ar-Rahman Palembang selain Rehabilitas adapun saat pelaksanaan upacara memperingati Kemerdekaan Indonesia. Di Ponpes tersebut, pelaksanaan upacara menggunakan dwi bahasa, yakni bahasa arab dan inggris.

Penggunaan bahasa asing oleh para santri saat ini prosesnya masih dalam tahap pembelajaran, meskipun masih terdapat para santri baru yang juga masih perlu belajar lebih dalam lagi, dan itu sangat kita dukung, penggunaan bahasa asing baru pada pelaksanaan upacara bendera seperti ini baru dilakukan kali pertama di tahun 2017. Ini pertama kali kita lakukan karena kita harus berkonsultasi dulu dengan para ulama dan sesepuh, dan alhamdulillah mendapat restu,

Dalam pelaksanaan upacara tersebut, selain diikuti oleh seluruh santri ponpes, tampak juga puluhan penghuni Panti Rehabilitasi Narkoba Ar-Rahman mengikuti upacara bendera kemerdekaan secara khidmat.

Seperti sudah menjadi bahasa sehari-hari, para santri yang melaksanakan upacara bendera terlihat sangat fasih dalam mengucapkan dua bahasa asing tersebut. Ini biasa dilakukan oleh para santri agar mereka termotivasi, sehingga sebagai umat muslim kita jangan membatasi diri hanya dengan kemampuan bahasa arab saja tapi juga bahasa asing lainnya.

Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan keberadaan Pusat Rehabilitasi Ar-Rahman ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para orangtua yang ingin melepaskan anaknya dari ketergantungan narkoba.

Menurut Harnojoyo, penyalahgunaan narkoba ini menjadi ancaman luar biasa di dalam negeri sehingga membutuhkan peran semua pihak karena terkait dengan kelangsungan dan kualitas generasi muda bangsa.

Sumber

– Pondok Pesantren Ar Rahma, Ponpesarrahman.sch.id

– Ponpes Ar Rahman jadi rujukan pecandu narkoba, republika.co.id

– Ponpes Ar Rahman, sumateradeadline.co.id

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *