PMAC: Gembleng Santri-Santrinya Jadi Dai dan Muslim yang Toleran

HIDAYATUNA.COM, Tangerang Selatan – Sejak 1998 Ustaz Nababan tersebut mulai membina mualaf secara berpindah-pindah, dari satu masjid ke masjid lainnya. Kemudian pada tahun 2007 ia mendirikan pesantren khusus mualaf di Bintaro, Tangerang Selatan.
“Sebenarnya, program di pesantren ini dikhususkan bagi para mualaf dan dakwah ke non-Mus lim. Jadi, misi kita juga mencari calon mualaf baru. Sekarang sudah ratusan yang sudah kita Islamkan. Namun, belum banyak pelajaran agama yang kita ajarkan, sebab kita khawatir akan memberatkan mental. Yang paling penting, bagaimana bisa membaca al-Quran. Dalam satu bulan, rata-rata, sudah bisa membacanya. Itu memang targetnya, sehingga tidak ada santri Annaba yang tidak bisa membaca al-Quran,” paparnya, di Tangerang Selatan, Sabtu (14/9/2019).
Ia menceritakan bahwa masih banyak orang yang sudah mualaf sejak puluhan tahun, tapi tidak bisa membaca al-Quran dan tidak hafal doa-doa salat. Demi menghindari itu, pesantren Annaba fokus mendidik para mualaf supaya kelak menjadi dai, yang tidak hanya mendapat pendidikan agama di pesantren. Para santri Annaba juga disekolahkan sesuai jenjang pendidikan masing-masing tanpa dipungut biaya sepeser pun.
“Menjalani pendidikan hingga S-1 merupakan keharusan agar wawasan mereka makin luas. Dan saya berharap, mereka bisa berdakwah dengan baik, elegan, toleran, dan menggunakan metode yang tepat. Saat ini, ada sekitar 70 santri yang terdiri atas putra maupun putri. Mualaf termuda di pesan trennya berusia 12 tahun, sementara yang tertua berusia 30 tahun,” ceritanya.
Banyak mualaf yang ingin masuk ke pesantrennya, tapi karena keterbatasan dana dan fasilitas, Annaba Center Indonesia tidak bisa menerima semuanya.
“Kalau semuanya bisa sampai ribuan santri, sehingga diseleksi,” ungkapnya.
Di sisi lain, ponpes yang dikelolanya memiliki beberapa syarat utama untuk belajar serta mendalami keagamaan di pesantrennya. Misalnya: pertama, memiliki sertifikat masuk Islam. Bila masuk Islam lewat Annaba Center Indonesia, cukup menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) saja. Kedua, yaitu belum menikah.
“Perlu diketahui bahwa selama ini kami terkendala masalah keuangan, tapi kami sudah berkomitmen. Terus, saya berharap ke depannya, banyak lembaga zakat serta umat yang mau bergandengan tangan dan membantu kegiatan kita supaya pembangunan sekaligus pendidikan berjalan lancar,” pungkasnya.