Pimpinan Pesantren Al Zaytun Hubungkan Shalat dengan ‘Mazhab Bung Karno’, SAS Institute Menilai Pernyataan Tersebut Salah dan Menyesatkan!

 Pimpinan Pesantren Al Zaytun Hubungkan Shalat dengan ‘Mazhab Bung Karno’, SAS Institute Menilai Pernyataan Tersebut Salah dan Menyesatkan!

Shalat Id 1 Syawal 1444 di Pesantren Al-Zaytun (Ilustrasi/Istimewa)

HIDAYATUNA.COM – Masyarakat, terutama umat Muslim, diimbau untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang berkaitan dengan syariat Islam yang disebut sebagai mazhab Bung Karno.

Demikianlah yang dikatakan oleh Sekretaris Eksekutif SAS Institute, Abi Rekso, kepada media pada Selasa (2/5) di Jakarta.

Abi mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah keterangan pers yang diterima oleh media. Dia mengatakan, “Karena Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah memberikan penjelasan yang jelas dan masyarakat dapat merujuk kembali ke MUI jika ada hal-hal yang membingungkan seperti ini.”

Sebelumnya, masyarakat dihebohkan oleh sebuah video yang menunjukkan prosesi shalat Id di mana shaf pria dan wanita dicampur menjadi satu barisan.

Setelah diselidiki, kejadian tersebut terjadi pada shalat Id 1 Syawal 1444 di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

Dilansir oleh Hidayatuna.com dari Berita ANTARA, Pimpinan Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang, menjelaskan bahwa hal itu hanya urusan perempuan. Menurutnya, wanita diperbolehkan untuk mengambil shaf depan di belakang imam shalat.

Panji juga menegaskan bahwa mazhab yang mereka anut adalah mazhab Bung Karno yang tercantum dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”.

Namun, menurut Abi Rekso, kesan kontroversial tersebut disengaja diciptakan dengan menggunakan pendekatan intelijen politik tertentu. “Dengan menyatakan bahwa aturan shaf shalat dicampur mengacu pada mazhab Bung Karno, ini juga salah, bahkan menyesatkan,” tegasnya.

Dia menilai bahwa ada indikasi pihak-pihak yang ingin menggunakan isu Islam untuk memperkeruh situasi menjelang Pemilu 2024.

Mengenai pernyataan Panji Gumilang tentang mazhab Bung Karno, Abi menegaskan bahwa hal tersebut perlu diluruskan karena dapat menjadi hal yang sensitif bagi umat Muslim di Indonesia.

“Pernyataan dari Panji Gumilang ini berbahaya, karena dalam buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi’, Bung Karno tidak pernah membahas tata cara dan syariat shalat. Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki, dan Imam Hambali. Oleh karena itu, tidak ada syariat Islam yang disebut sebagai mazhab Bung Karno, pernyataan tersebut menyesatkan. Pernyataan dari Panji ini berpotensi untuk memprovokasi umat Islam di Indonesia,” ujar Abi Rekso.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *