Membincang Piala Dunia 2022 dan Surat Al-Baqarah Ayat 249
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Piala Dunia 2022 penuh sekali dengan kejutan. Tak ada yang menduga Arab Saudi mampu mengalahkan Argentina, Jepang bisa menghempaskan Jerman dan Spanyol, Korea Selatan menaklukkan Portugal, Kamerun mampu menghajar Brasil dan Maroko menenggelamkan Spanyol dan Portugal.
Di atas kertas, kekuatan Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, Kamerun dan Maroko, jelas berada di bawah tim-tim besar tersebut.
Selama ini, tim-tim tradisionalis Piala Dunia, seperti Brasil, Spanyol, Jerman, dan lainnya, selalu mendominasi ajang empat tahunan tersebut.
Dalam sejarahnya, mereka selalu bisa dengan mudah mengalahkan lawan-lawan yang kualitasnya lebih rendah dibanding mereka.
Tapi, apa yang terjadi di Piala Dunia 2022, membuat kita akhirnya percaya bahwa “Besar belum tentu menang, kecil juga belum tentu kalah.”
Memang, selama bola itu bundar, apa pun bisa terjadi di atas lapangan. Prinsip inilah yang dipegang tim-tim kurcaci di Piala Dunia 2022.
Arab Saudi, misalnya. Tim asal timur tengah ini menghentak dunia dengan mengalahkan Argentina, yang diperkuat pemain kelas dunia dengan skor 2-1.
Meski pada akhirnya tim berjuluk The Green Falcons itu harus tersingkir di fase grup karena kalah dari Polandia dan Meksiko, tapi keberhasilan membekuk Argentina akan menjadi catatan bersejarah di Piala Dunia.
Arab Saudi bukan satu-satunya tim yang dianggap kecil yang berhasil menumbangkan tim besar di hajatan tahun ini.
Jepang menyusul kemudian. Negeri matahari terbit bahkan dua kali berhasil menumpaskan perlawanan sang raksasa Piala Dunia, yakni Jerman dan Spanyol, di fase grup.
Lalu berikutnya, ada Timnas Korea Selatan yang sukses menahan imbang juara dunia dua kali Uruguay, dan menaklukkan Portugal dengan skor 2-1 di matchday ketiga fase grup H.
Dari kawasan Afrika, Kamerun juga membuat sejarah dengan mengalahkan Brasil di penyisihan grup.
Skornya tipis memang, 1-0 saja, dan Brasil juga menurunkan pemain lapis di laga itu.
Tapi, selapis-lapisnya pemain Brasil, mereka tetap Brasil, sang juara lima kali Piala Dunia.
Selain Kamerun, Maroko, tim yang di Piala Dunia 2018 menjadi juru kunci fase grup, sukses menyandang status sebagai jawara grup F Piala Dunia 2022, dengan mengangkangi Kroasia dan Belgia, yang diprediksi banyak pengamat, akan menjadi wakil grup F yang lolos ke fase knockout.
Kejutan Maroko tak berhenti disitu saja. Pada fase selanjutnya, mereka bahkan menumbangkan raksasa Spanyol dan Portugal, untuk melenggang ke fase semifinal.
Kejutan-kejutan yang terjadi di Piala Dunia 2022 membuat saya teringat akan sebuah kisah pertarungan antara David dan Goliath.
Kisah ini menceritakan tentang pertarungan seorang manusia biasa yang berhasil menang melawan seorang raksasa yang memiliki kekuatan yang luar biasa.
Kisah ini begitu mendunia, hingga banyak dari umat Islam pun mengetahuinya.
Pertarungan antara David dan Goliath ini mirip-mirip seperti kisah pertarungan antara nabi Daud AS bersama Thalut melawan Jalut.
Saya teringat dengan surat Al-Baqarah ayat 249. Terutama pada bagian yang berbunyi: kam min’ fiatin’ qoliilatin ghalabat fiatan’ katsiratan biiznillah.
Yang artinya:
“…dan tidak sedikit pasukan yang kecil mengalahkan pasukan yang besar dengan izin Allah.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 249)
Ayat ini menceritakan tentang kemenangan pasukan Thalut dan Nabi Daud melawan pasukan Jalut.
Thalut sendiri adalah raja bangsa Israel pertama. Daud, sebelum dirinya diangkat jadi nabi, turut berperang bersama dengan Thalut melawan Jalut, yang dikenal sang penindas.
Dalam peperangan ini, pasukan Thalut berjumlah sangat sedikit, sedangkan tentara Jalut sangat banyak.
Selain berjumlah mayoritas, tentara Jalut juga miliki tubuh yang besar.
Meski demikian, kekuatan ini tidak membuat tentara Thalut takut, mereka malah berani melawan tentara Jalut dengan kekuatan doa.
Singkat cerita, pada peperangan ini, pasukan Thalut berhasil memenangi peperangan.
Dan, Jalut sendiri akhirnya tewas oleh Daud, yang ketika itu masih berusia belia.
Kisah ini secara lengkap diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 242-257.
Dan, dalam versi Yahudi maupun Kristen, peperangan antara Daud melawan Jalut ini dikenal dengan nama David (bertubuh kecil) versus Goliath (bertubuh besar seperti raksasa).
Dalam konteks Piala Dunia, Thalut saya ibaratkan Arab Saudi, Maroko atau Jepang, sedangkan Jalut adalah Argentina, Spanyol, atau Jerman.
Orang-orang tentu bisa menilai, negara dari kawasan Eropa dan Amerika Latin jauh lebih diunggulkan untuk menang.
Tapi, pada kenyataannya, ketiga negara ini ditumpaskan oleh tim yang dianggap alit di Piala Dunia.
Ketika akan bertanding, tim-tim kecil mungkin penuh rasa percaya diri, sedangkan tim besar, yang punya segala sumber daya mumpuni, merasa bahwa mereka adalah jagoan turnamen.
Mereka punya kekuatan dari segi pelatih, pemain full skill, yang didukung faktor pengalaman di Piala Dunia.
Dengan kekuatan yang dahsyat, mereka bisa saja meremehkan tim-tim yang mereka anggap mungil tersebut.
Sikap takabur atau sombong inilah yang akhirnya membawa bencana bagi mereka sendiri.
Situasi ketika tim-tim besar menganggap remeh tim-tim kecil mirip sepeti kisah Thalut dan Daud ketika berhadapan dengan Jalud.
Dengan sombongnya, Jalut menertawakan dan meremehkan kemampuan Daud yang ketika itu juga tidak membekali dirinya dengan senjata tajam dan hanya membawa sebuah ketapel.
Tapi, apa yang terjadi, Daud dan Thalut sukses menumpas perlawanan Jalud.
Pelajaran yang bisa dipetik dari Piala Dunia edisi 2022 dan kisah pertarungan Thalut melawan Jalud ini adalah jangan pernah memandang ‘kecil’ lawan.
Lawan yang kecil, belum tentu mereka bisa dikalahkan. Kini, Arab Saudi, Jepang, Korsel, Kamerun, dan Maroko sudah membuktikan itu di pentas sepakbola dunia.
Saya meyakini, jika kenyataan ini berlanjut, pada gelaran Piala Dunia 2034 atau entah kapan, Indonesia bisa saja akan mampu menumbangkan Spanyol, Brasil atau Inggris dan atau bisa saja Laos sukses menghajar Belanda.
Wallahualam bisshowab. []