Pesantren Lumbung Potensial Pencetak Regenerasi Petani
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian Kementrian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi menilai generasi muda yang identik dengan sebutan milenial kini menjadi harapan dan tulang punggung dalam menunjang pembangunan di Indonesia, khususnya pertanian. Potensi untuk regenerasi petani dari Pondok Pesantren sangat dimungkinkan, terlebih saat ini banyak orang tua memercayakan pendidikan di Pondok Pesantren Modern atau Boarding School.
Terkait peluang di era ekonomi digital saat ini, Kementan melihat adanya potensi besar yang bisa dikembangkan di lingkungan pondok pesantren. Seluruh sumber daya termasuk para santri ini harus dilatih semaksimal mungkin agar sasaran-sasaran tersebut bisa tercapai.
“Pesantren menjadi potensi untuk menciptakan regenerasi petani, melalui program Santri Tani Milenial. Kita dorong generasi santri untuk terjun ke pertanian. Sekarang pertanian sudah canggih, alat-alat pertanian sudah banyak tersebar seperti alat mengolah, menanam dan panen,” ucap Dedi Nursyamsi dalam keterangan resminya, Minggu (25/8/2019).
Dedi menyampaikan, santri-santri ini selain mendapat pendidikan utama di pesantren, akan diberikan pembekalan ilmu dan pendampingan yang komprehensif, termasuk kegiatan budi daya, teknologi pertanian, pascapanen dan pemasaran.
“Santri ini akan bertani dengan teknologi digital, karena era milenial dikenal sebagai era yang serbadigital, serbacepat, dan mudah diakses,” kata Dedi.
“Kita kan sudah berjalan dari awal tahun 2019 program ini, yaitu dengan Kelompok Tani Santri Milenial (KSTM). Para santri ini nantinya setelah keluar dari pondok memiliki lifeskill dan syukur-syukur bisa menjadi job seeker dan job creator hingga jadi eksportir milenial,” tambahnya.
Dedi meyakini eksportir milenial bisa saja munculnya dari jebolan Pondok Pesantren. Hal ini dikarenakan penanaman kepribadian, agama, dan kemandirian dibina sejak dini sehingga akan mengantarkan jiwa siap untuk mengembangkan potensi. Lingkungan dan ekosistem di pesantren sangat mendukung.
“Di beberapa pondok yang memiliki lahan yang luas, sudah banyak santrinya dibekali untuk berternak, jadi lebih mudah untuk membimbing dan membinanya,” katanya.
“Nanti santri-santri itu akan kita kelompokkan, kemudian kita arahkan minatnya. Apa ke ternak, budi daya tanaman, pengolahan hasil atau pemasaran produk pertanian. Kita memiliki Balai-balai pelatihan dan pakar-pakar pertanian pun kita cukup lengkap ditambah teknologi yang siap diterapkan di masyarakat. Kita akan dampingi para santri tersebut melalui kelompok, kita arahkan ke beberapa komoditas semisal berternak ayam, domba/kambing dan berkebun,” pungkasnya.