Pesantren: Kiblat Pendidikan Alternatif

 Pesantren: Kiblat Pendidikan Alternatif

UAH: Manajemen Pendidikan Islam Satu-Satunya Solusi Terbaik (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kritik terhadap visi pendidikan 2035, yang tidak mencantumkan frasa agama semakin menghujani jagat media nasional. Salah satunya kritik tersebut muncul dari Haedar Nashir selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Bagi Haedar, tidak adanya frasa agama dalam visi pendidikan merupakan kebijakan yang justru keluar dari peraturan pemerintah. Seperti UU Sisdiknas, UUD 1945, dan Pancasila dalam tatanan hukum di Indonesia.

Draf peta pendidikan nasional yang hanya menekankan terhadap frasa nilai-nilai budaya dan nilai-nilai pancasila, merupakan satu terobosan baru. Terobosan ini dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Terlepas dari bagaimana pencarian sistem pendidikan nasional, dan pro-kontra mengenai kebijakan di atas. Diperlukan upaya untuk menengok kembali sistem yang ada di pesantren.

Metode Pendidikan Tradisional dalam Islam Masih Sangat Relevan Hingga Sekarang

Pesantren adalah salah satu model dari pendidikan Islam Indonesia, bersifat tradisional sebagai jembatan untuk mendalami ilmu agama Islam.

Kemudian berupaya mengamalkan ajaran dan ilmu sebagai pedoman hidup, atau disebut tafaqquf fiddin, dengan menjadikan moral sebagai titik tekannya dalam kehidupan masyarakat (Mastuhu, 1994: 3). Pola dan sistem yang dibangun di pesantren lebih kepada penanaman karakter atau kesalehan.

Sebenarnya, bukan hanya pesantren yang titik tekannya terhadap pembangunan karakter. Akan tetapi lembaga pendidikan nasional mempunyai tugas mengantarkan peserta didik untuk meraih kedewasaan secara penuh: kedewasaan spiritual dan moral, kedewaaan intelektual, dan kedewasaan sosial.

Tapi lagi-lagi, kita akan disuguhkan dengan fenomena yang justru memperlihatkan sistem pendidikan nasional. Sistem yang hanya memberi apresiasi kepada peserta didik yang meraih nilai tinggi, juara satu di olimpiade. Prestasi lain yang tidak ada sangkut pautnya pada kecerdasan moral dan sosial.

Hanya di pesantrenlah, kita menyaksikan tiga model sistem pendidikan yang mengedepankan kesalehan moralitas, intelektualitas, dan sosial dengan menyatu. Tiga pilar ini yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan alternatif pesantren.

Pesantren Meluruskan Metode Pendidikan yang Menyimpang

Istilah dari pendidikan alternatif merupakan makna turunan dari macam-macam program pendidikan yang diupayakan melalui konsep berbeda dari cara tradisional.

Secara umum yang kita ketahui bahwa pendidikan alternatif memiliki persamaan, misalnya: melalui pendekatan individual, fokus perhatian penuh terhadap anak didik, orangtua/keluarga. Bahkan guru berperan aktif dalam mengembangkan minat dan pengalaman bahkan memberi kontribusi nyata untuk mendukung terciptanya pendidikan alternatif.

Lagi-lagi kalau kita mau jujur, dalam dunia pesantren model seperti ini sudah berkembang jauh lebih tua dari umur bangsa Indonesia sendiri.

Pemikiran mengenai pendidikan alternatif, muncul ke permukaan diawali dengan adanya kritik-kritik Romo Mangun. Kritik yang menganggap bentuk pendidikan kurikulum 1974 sampai 1994, merupakan sistem yang hanya mengamini terhadap teks yang sudah ada. Tanpa inovasi dan cenderung berpihak terhadap kekuasaan dan kapitalisme.

Keberadaan pendidikan yang hanya berorientasi pada penguasa dan pengusaha inilah yang justru mematikan model pendidikan Indonesia sehingga banyak penyimpangan dalam tatanan masyarakat.

Salah Cetak Produk Pendidikan di Indonesia

Maraknya perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan cerminan dari tidak adanya kurikulum pendidikan yang menekankan terhadap tiga model kecerdasan yang ditawarkan di pesantren. Lebih-lebih hari ini, kita dihadapkan pada radikalisme, intoleransi, anarkisme dan berita hoaks di media sosial.

Fenomena tersebut perlu untuk ditelaah lebih dalam lagi. Terkhusus, sejauh mana model kurikulum pendidikan bisa menjawab persoalan tersebut.

Kecerdasaan moral dan spiritual menjadi pintu masuk peserta didik untuk: mengedepankan nilai-nilai akhlak, beribadah secara total, bermu’amalah dengan baik dan jujur serta selalu berprilaku lemah lembut dan berbuat adil dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai yang memancar dari kecerdasan spiritual dan moral semacam ini, akan menjadikan bangsa Indonesia penuh dengan kedamian dan kasih sayang.

Pentingnya Pendidikan Alternatif dalam Sistem Pendidikan Indonesia

Begitu pun dengan kecerdasan intelektual, pemahaman pada pengetahuan yang sifatnya ilmiah bisa kita dapatkan dengan cara memperbanyak bacaan, baik dari buku atau alam semesta. Kita dituntut untuk membaca semua hal, pesantren dan pendidikan formal sudah mentradisikan pertumbuhan kecerdasan intelektual sebagai penunjang masa depan anak bangsa.

Terakhir, kecerdasan sosial juga menempatkan posisi penting dalam telaah pendidikan pesantren. Sebab dari kecerdasan sosial santri yang satu dengan yang lainnya sama-sama saling menghormati, merawat perbedaan, menghargai pendapat dan juga peka pada lingkungan sekitar.

Dengan demikian, pendidikan alternatif yang diajukan dan diterapkan dalam pesantren layak untuk ditiru dalam sistem pendidikan nasional kita.

Kemampuan menyeimbangkan tiga pilar kecerdasan dalam kehidupan peserta didik diharapkan bisa menumbuhkan spirit nasionalisme dan religius. Terutama tengah-tengah maraknya persoalan kebangsaan dan radikalisme agama.

Muhammad Syaiful Bahri

Belajar menulis esai dan resensi di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY)

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *