Pesantren Kaliopak, Beragama dan Berkesenian

 Pesantren Kaliopak, Beragama dan Berkesenian

Pesantren Kaliopak

HIDAYATUNA.COM – Pesantren selalu identik dengan pembelajaran keagamaan, khususnya pengkajian Alquran dan Hadis. Namun itu tidak berlaku pada pesantren yang satu ini yaitu Pesantren Kaliopak yang mentasbihkan dirinya menjadi sebagai pesantren kebudayaan.

Berbeda dari pesantren pada umumnya, yang diajarkan di sini adalah kesenian dan kesusastraan. Meskipun memang seni dan sastra di sini dimaknai sebagai medium beragama dan mendekatkan kepada Tuhan.

Pesantren Kaliopak menjadi satu diantara pesantren yang bisa dikatakan memiliki kepekaan terhadap warisan budaya leluhur. Apalagi ditengah gempuran budaya luar dan fenomena sesat menyesatkan serta kegemaran mengkafirkan yang melanda sebagian dari umat.

Dilihat dari bangunannya Pesantren Kaliopak yang berdiri di di Klenggotan, Piyungan, Bantul ini juga cukup nyentrik. Bagaimana tidak, yang paling mencolok pendopo menjadi sentral ntuk menopang kegiatan pengajian, kesenian, diskusi, pelatihan, atau sekadar rapat desa. Pada dinding bangunan dan ruangan kental dengan nuansa seni, terlihat dari beberapa lukisan yang terpampang.

Kiai Jadaul Maula merupakan pengasuh pesantren ini menuturkan bahwa keberadaan pesantren ini dimaksudkan untuk memberi ruang pada kesenian. Bahwa hubungan kesenian dan agama seharusnya tidak dipisah-pisahkan.

Seni sejatinya merupakan sebuah hal netral, karena yang dihukumi halal, haram, sunah atau makruh itu manusianya.
Walisongo telah mencotohkan bagaimana kesenian dapat digunakan untuk menyebarkan agama Islam dengan sangat efektif. Masyarakat yang semula beragama Hindu dengan sukarela masuk Islam dengan bimbingan Sunan Kalijaga melalui perantara wayang dan tembang.

Awal Mula Berdirinya Pesantren Kaliopak

Pesantren Kaliopak dibangun dan dirintis pada tahun 2004 dan sejak awal konsennya diwilayah kebuyaan. Setelah beberapa bulan diresmikan, bulan Mei 2006 terpaksa kegiatan pesantren terhenti karena terjadi gempa. Ada beberapa bagian gedung dan bangunan roboh.

Meskipun begitu pesantren justru menjadi ramai menjadi salahsatu tempat pengungsian. Masyarakat berkumpul, salawatan, sembahyang dan lain sebagainya.

Pasca gempa, pesantren baru dapat difungsikan Kembali pada tahun 2009. Pesntren kemudian mulai digunakan untuk pelatihan dan pertunjukan seni serta diskusi untuk umum. Ada pelatihan menulis hingga pelatihan film. Diskusi tasawuf hingga tarian. Pameran lukisan hingga pidato kebudayaan.

Tidak banyak santri yang menetap di sana. Santrinya silih berganti dalam waktu yang cepat, datang dari mana-mana.
Pesantren Kaliopak ikut mewarnai pesantren yang sudah ada terlebih dahulu seperti Pesantren Krapyak di Bantul, Pesantren Sunan Pandan Aran di Sleman, dan lain-lain.

Dawamun Niam Alfatawi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *