Pesantren Bukan Sarang Radikalisme-Terorisme, Ketum IPI: Stigma Ini Wajib Diubah

 Pesantren Bukan Sarang Radikalisme-Terorisme, Ketum IPI: Stigma Ini Wajib Diubah

HIDAYATUNA.COM, Banjarmasin — Ketua Umum Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) RK. Zaini Ahmad mengatakan adanya persepsi yang muncul dari segelintir orang yang menduga jika ponpes merupakan sarang teroris, dan banyak disusupi paham radikal itu sangatlah tidak benar.

“Stigma ini harus diubah dengan cara ponpes harus mencetak santri dan santriwati yang berakhlakul karimah,” katanya, Rabu (18/12/2019).

Pondok pesantren (ponpes), lanjutnya, murni tempat untuk menimba ilmu agama, guna mencetak santri dan santriwati yang berakhlak mulia. Hal itu disampaikan usai acara pelantikan dan pengukuhan pengurus DPW dan DPC Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) se-Kalimantan Selatan di Gedung Mahligai, Banjarmasin.

“Saya mendorong agar pesantren-pesantren di daerah untuk lebih meningkatkan kualitas demi mencetak anak santri yang berakhlakul karimah. Sebab, belakangan ini ada indikasi dan stigma radikal terhadap pesantren,” ungkapnya.

Selain itu, ia meminta kepada ponpes, khususnya di Kalimantan Selatan, untuk mendukung program pemerintah dalam upaya pencegahan masuknya paham-paham radikalisme. Pencegahan ini bisa dilakukan dengan memberikan pembinaan kepada santri dan santriwati di ponpes.

“Program pencegahan deradikalisasi itu perlu kita dukung. Namun, pesantren itu bukan sarang teroris. Saya tidak terima,” ujarnya.

Ponpes merupakan corong dari peradaban bangsa Indonesia melalui pendidikan berbasis agama. Ihwal stigma terhadap pesantren, dia sangat menolak keras terhadap indikasi-indikasi tersebut.

Di sisi lain, pada kesempatan yang sama, Ketua DPW IPI Kalsel KH Mukri Yunus menyebut pihak penpos telah berupaya untuk terus meningkatkan kualitas santrinya dalam tantangan zaman di era globalisasi.

“Alhamdulillah hari ini dihadiri 13 Kabupaten/Kota, para pemimpin pesantren telah datang untuk merumuskan dari tantangan ini,” tutur Yunus.

Selanjutnya, terkait pendidikan moral di pesantren di Kalsel, lanjut Mukri, sudah cukup baik dalam membina dan meningkatkan kualitas santri dan santriwatinya.

“Di pesantren, pendidikan moral itu dimulai dari sholat. Mereka 24 jam diawasi dan dididik dalam memperkokoh ketakwaannya,” tukas Yunus.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *