Pesan Tersirat dari Bulan Sya’ban
HIDAYATUNA.COM – Rajab telah lalu, Sya’ban telah datang, sedang Ramadhan masih menanti. Begitulah satu kesatuan bulan yang memiliki ketersinambungan, keistimewaan dan kemuliaan.
Sehingga sering terdengar begini di kalangan kaum sarungan, “Rajab Syahrullah, Sya’ban Syahru Rasulillah, Ramadhan Syahru Ummati Rasulillah.” Artinya, bulan Rajab adalah Bulan Allah, Sya’ban bulan Rasulullah, dan Ramadhan Bulan umat Rasulullah Saw.
Lantaran Sya’ban sebagai bulan Rasulullah sehingga banyak yang menganjurkan pada bulan Sya’ban ini untuk lebih memperbanyak salawat atas Rasul.
Hal ini didasarkan pada surah al-Ahzab ayat 56 yang menjelaskan bahwa Allah beserta seluruh malaikatNya bersalawat atas nabi Saw. Serta memerintahkan umatnya agar senantiasa bersalawat kepada nabi-Nya sebagai bentuk penghormatan.
Syahdan, dulu ketika saya masih mengenyam pendidikan di pesantren. Selain anjuran puasa sunnah Rajab, seluruh santri juga dianjurkan agar juga banyak melakukan amalan puasa, dan beragam amal salih lainnya saat bulan Sya’ban.
Hal ini didasarkan pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ummul Mukminin Siti Aisyah RA berkata:
“Nabi Muhammad SAW tidak pernah berpuasa sunah sebanyak saat puasa di bulan Sya’ban. Bahkan Nabi Muhammad SAW sampai pernah berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban itu. Sambil mengatakan, ”perbanyaklah amal salih kalian khususnya pada bulan ini semampu kalian karena Allah SWT tidak akan pernah bosan untuk menerima dan membalas amal kalian. Sampai kalian yang bosan.”
Di balik kata Sya’ban
Sya’ban terdiri dari 5 huruf yang di setiap hurufnya memiliki arti dan makna. Akan saya nukilkan dari Syaikh Utsman Ibn Hasan Ibn Ahmad Syakir al-Khaubawiyyi dalam kitabnya Durratu an-Nasihin fi al-Wa’dhzi wa al-Irsyad. (lihat dalam Bab, fii Fadhilati Syahr Sya’ban al-Mu’dhzom, hal. 168)
عن يحيى بن معاذ أنه قال: إن فى شعبان خمسة أحرف يعطى بكل حرف عطية للمؤمنين: بالشين الشرف والشفاعة، وبالعين العزة والكرامة، وبالباء البر، وباالألف الألفة، وبالنون النور
Dari kata Syin = al-Syarofa wa as-Syafa’ah memiliki arti pertolongan dan kemulaian; ‘ain = ‘izzah wa al-karamah berarti kemuliaan dan kehormatan; ba’ = al-birr berarti kebajikan; alif = al-ulfah berarti kasih sayang; nun = an-nur berarti cahaya.
3 Tahapan Pendidikan Penyucian Jiwa
Dari penjelasan tersebut lanjut Syaikh Hasan:
ولذا قيل: رجب لتطهير البدن وشعبان لتطهير القلب و رمضان لتطهير الروح، فإن من يطهر البدن فى رجب يطهر القلب فى شعبان يطهر الروح فى رمضان، فإن لم يطهر البدن فى رجب والقلب فى شعبان، فمتى يطهر الروح فى رمضان؟
Dikatakan bahwa bulan Rajab adalah pembersihan badan, Sya’ban pembersihan hati, Ramadhan pembersihan ruh. Jika badan belum bersih saat Rajab, dan hati juga belum bersih saat Sya’ban, terus kapan ruh akan suci saat Ramadhan tiba?
ولذا بعض الحكماء: إن رجب للاستغفار من الذنوب، و شعبان لإصلاح القلب من العيوب، ورمضان لتنوير القلوب، وليلة القدر للتقرب إلى الله تعالى (زبدة الواعظين)
Bulan Rajab adalah bulan untuk beristighfar dari dosa. Bulan Sya’ban untuk membersihkan hati dari keburukan. Bulan Ramadhan untuk menerangi hati, dan lailatul qadr sebagai upaya taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Dari ketiga proses tadi, hampir mirip dengan jalan sufi atau fase yang harus ditempuh dalam rangka memperbaiki diri dan penyucian jiwa.
Dengan tujuan taqarrub kepada Allah, yakni Takhalli, usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela; tahalli, upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji; tajalli, tasawuf yang berarti “penampakan diri Tuhan” yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas.
Begitulah Ismail Hasan menjelaskan definisi takhalli, tahalli, dan tajalli dalam karyanya Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan. (lihat, hal: 54-55)
Sya’ban sebagai Bulan Memperbaiki Diri
Paling tidak dari momentum tersebut, saat Rajab telah usai, masih ada kesempatan di bulan Sya’ban sekarang untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah kita. Baik yang sifatnya transenden maupun ibadah sosial untuk mempersiapkan diri menjemput bulan suci Ramadhan mendatang.
Tiada lain dan bukan hanya untuk menjadi pribadi yang baik, hati yang suci dan jiwa yang tersinari cahaya-cahaya al-akhlak al-karimah dan al-a’mal as-sholihah. Melalui ketiga bulan yang agung ini.
Harapan saat ketiganya berlalu, kita dapat benar-benar menjadi pribadi yang luhur sesuai protokol ilahiyah yang harus kita patuhi. Pun, semakin teguh keimanan dan spirit taqwa kita agar dijadikan dari golongan orang-orang yang kembali dan meraih kemenangan di saat yang fitri.
Wallahu a’lam bi al-shawab