Pesan Orang Tua Kepada Guru Anaknya
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dalam suatu riwayat, dikisahkan mengenai pesan Utbah bin Abu Sufyan pada Abdussamad, guru dari anaknya:
“Hendaklah hal pertama yang engkau lakukan sebelum mendidik anakku mendidik dirimu sendiri karena mata mereka akan tertuju padamu.
Yang baik menurut mereka adalah apa yang menurutmu baik, dan yang buruk menurut mereka adalah apa menurutmu buruk.
Ajarkan mereka al-Quran tapi jangan paksa mereka karena hal itu akan membuat mereka jenuh. Jangan biarkan mereka lepas dari al-Quran karena akan membuat mereka menjauhinya.
Ajarkan pada mereka syair dan kata-kata yang indah untuk melembutkan perasaan mereka.
Jangan pindahkan mereka dari satu ilmu ke ilmu yang lain sampai mereka benar-benar menguasai ilmu yang pertama karena pembahasan yang terlalu sesak bisa menyesatkan pemahaman.
Ajarkan mereka kisah hidup orang-orang bijak, akhlak para tokoh, dan jauhkan mereka bercengkrama dengan para wanita.
Ancam mereka dengan diriku dan ajari mereka di belakangku.
Jadilah seperti dokter yang tidak buru-buru memberi obat sampai benar-benar tahu apa penyakitnya.
Jangan bersandar pada kelembutanku karena aku sudah bersandar pada kemampuanmu.
Berikan yang terbaik untuk mendidik mereka maka aku akan berikan yang terbaik untukmu, insya Allah.”
Pesan Abdul Malik bin Marwan pada guru anaknya:
“Ajarkan mereka kejujuran seperti engkau mengajarkan mereka Al-Qur’an. Jauhkan mereka dari pergaulan orang-orang ‘bodoh’ karena mereka tidak punya wara’ dan etika.
Jauhkan mereka dari para pengawal karena hal itu akan merusak mereka. Beri mereka makan daging maka badan mereka akan tegap.
Ajarkan mereka syair maka mereka akan mulia dan berani. Suruh mereka bersiwak dengan baik dan minum air dengan pelan, tidak tergesa-gesa.
Kalau engkau ingin memarahi mereka lakukanlah secara rahasia, jangan sampai terlihat oleh para pembantu karena hal itu akan membuat mereka (para penjaga itu) jadi lancang.”
Pesan Harun ar-Rasyid pada Khalaf al-Ahmar; guru anaknya:
“Hai Khalaf, sesungguhnya Amirul Mukminin (dirinya) telah menyerahkan buah hatinya padamu.
Sekarang tanganmu terbuka untuknya dan mentaatimu adalah kewajiban baginya.
Maka jadilah untuknya sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Amirul Mukminin.
Ajarkan padanya al-Quran, bacakan kisah-kisah terdahulu, perdengarkan pada syair-syair, dekatkan ia dengan sunah.
Ajarkan padanya bagaimana etika berbicara. Larang ia untuk tertawa kecuali pada saatnya. Ajarkan padanya untuk memuliakan orang-orang tua Bani Hasyim.
Jangan biarkan sedetikpun berlalu tanpa ada faidah yang engkau berikan padanya. Jangan buat ia sedih karena itu akan mematikan otaknya.
Jangan terlalu longgar terhadapnya karena akan membuatnya terbiasa santai dan akrab dengan ‘kekosongan’.
Luruskan ia semampumu dengan lembut dan hati-hati. Tapi kalau tidak bisa maka pakailah cara yang keras dan tegas.” []