Sikap Malaysia Soal UU Kewarganegaraan Anti Muslim India
HIDAYATUNA.COM – Malaysia prihatin dengan pembatasan baru atas impor minyak kelapa sawit mereka oleh India setelah adanya perselisihan diplomatik, Pada hari Selasa, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan bahwa ia akan terus berbicara menentang ‘hal-hal yang salah’, bahkan jika pernyataan itu akan merugikan negaranya secara finansial.
India sebagai pembeli minyak nabati terbesar di dunia, pada pekan lalu telah mengubah aturannya yang menurut para pedagang secara efektif melarang untuk mengimpor minyak sawit olahan dari Malaysia, produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.
Langkah itu dilakukan setelah New Delhi keberatan terhadap kritik Mahathir terhadap undang-undang kewarganegaraan baru mereka yang berbasis agama di India. Dalam beberapa bulan terakhir, pemimpin berusia 94 tahun yang sifatnya selalu blak-blakan itu telah memperburuk hubungan negaranya dengan India dan Arab Saudi, dengan sebelumnya menuduh India telah menginvasi wilayah Kashmir bermayoritas Muslim yang sedang disengketakan.
Amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan (CAA) India yang baru telah mempermudah minoritas yang ‘teraniaya’ dari tiga negara tetangga untuk mendapatkan kewarganegaraan India, tetapi tidak jika mereka adalah Muslim.
Pada bulan lalu, Mahathir mengatakan bahwa ‘orang-orang sedang sekarat’ akibat undang-undang baru tersebut. Tetapi, India menolak pernyataan Mahathir, dengan menyebut bahwa pernyataan itu ‘secara faktual tidak akurat’.
Ketika kilang kelapa sawit Malaysia sedang mengalami kerugian bisnis yang sangat besar akibat pembatasan impor dari India itu, Mahathir mengatakan pemerintahnya akan mencari solusi atas permasalahan tersebut.
“Tentu saja kami khawatir karena kami menjual banyak minyak sawit ke India, tetapi di sisi lain kami harus jujur dan melihat bahwa jika ada yang salah, kami harus mengatakannya. Jika kami membiarkan sesuatu menjadi salah dan hanya memikirkan uang yang terlibat, maka saya pikir akan banyak hal salah yang terus dilakukan, oleh kita, dan oleh orang lain,” kata Mahathir kepada para wartawan.
Pada hari Senin, kantor berita Reuters melaporkan bahwa pemerintah India secara tidak resmi telah menginstruksikan para pedagang untuk menjauh dari minyak sawit Malaysia. Para pedagang di India beralih membeli minyak sawit mentah Indonesia dengan premi di atas harga minyak Malaysia.
Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa pembatasan impor minyak kelapa sawit itu tidak spesifik untuk negara mana, tetapi ‘untuk perdagangan komersial, status hubungan antara dua negara’ adalah sesuatu yang selalu dipertimbangkan dalam dunia bisnis
Menurut para pedagang disana, India adalah pembeli minyak kelapa sawit Malaysia terbesar pada tahun 2019, dengan total pembelian 4,4 juta metrik ton. Pada tahun 2020, total pembelian bisa menurun di bawah 1 juta ton jika hubungan tidak segera membaik.
Untuk menutup potensi kerugian, para pejabat Malaysia mengatakan bahwa mereka akan berusaha menjual lebih banyak minyaknya ke Pakistan, Filipina, Myanmar, Vietnam, Ethiopia, Arab Saudi, Mesir, Aljazair dan Yordania.
Tetapi, untuk menggantikan pembeli utama bukanlah persoalan yang mudah dan itulah sebabnya Malaysian Trades Union Congress, yang anggotanya termasuk pekerja kelapa sawit, telah mendesak kedua negara untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalah tersebut. (Aljazeera.com)