Perempuan Menyatakan Perasaan Lebih Dulu, Kenapa Tidak?
HIDAYATUNA.COM – Selama ini kita mengetahui bersama bahwa untuk menyatakan perasaan, mayoritas akan dilakukan oleh laki-laki terlebih dahulu. Perempuan biasanya akan lebih pasif.
Beragam cara romantis dilakukan agar pernyataan cintanya bisa diterima oleh perempuan. Namun, bagaimana jika yang menyatakan perasaan lebih dulu adalah pihak perempuan?
Hal seperti ini tampak bukan suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh sebagian besar orang. Apalagi selama ini setiap orang sudah terdoktrin dengan film-film, drama, maupun novel-novel percintaan yang dominan laki-laki sebagai pihak yang lebih dulu menyatakan cintanya.
Sedangkan jika pihak perempuan yang menyatakan perasaan lebih dulu justru akan menimbulkan berbagai persepsi negatif pada perempuan tersebut. Ada yang mengatakan sebagai perempuan agresif, bahkan lebih parahnya dikatakan sebagai perempuan rendahan.
Tentu ini sangatlah menyakitkan hati perempuan. Di sisi lain perempuan juga memiliki hak untuk merasakan cinta dan menyatakannya kepada orang yang dituju. Sikap ini bukanlah suatu kesalahan besar yang akan menjatuhkan harga diri seorang perempuan.
Siti Khadijah Nyatakan Perasaannya Lebih Dulu Pada Rasulullah
Menyatakan perasaan lebih dulu yang dilakukan oleh perempuan sudah terjadi sejak zaman Nabi saw. Orang yang melakukan hal tersebut adalah istri Nabi sendiri, yakni Siti Khadijah.
Siti Khadijah bukanlah perempuan sembarangan. Dirinya adalah perempuan yang dilahirkan dari keluarga terhormat dan tumbuh menjadi perempuan yang cerdas serta berbudi pekerti yang baik.
Ketika itu, Siti Khadijah adalah seorang perempuan suci yang dijunjung oleh kaum Quraisy serta seluruh perempuan di dunia. Dirinya juga merupakan pedagang handal dan sukses yang mempekerjakan laki-laki untuk menjalankan aktivitas dagang.
Namun, suatu hari Siti Khadijah mendengar mengenai Nabi Muhammad saw yang memiliki perangai baik, yakni orang yang jujur, berakhlak mulia, dan amanah.
Melalui sifat dan karakter Nabi saw inilah, benih-benih cinta mulai hadir di dalam diri Siti Khadijah. Siti Khadijah akhirnya menceritakan pada sahabatnya, yakni Nafisah binti Muniyah. Nafisah pun menemui Nabi saw untuk menanyakan suatu hal.
“Wahai Muhammad, apakah yang membuatmu belum menikah?”
“Aku tidak memiliki biaya untuk menikah.” jawab Nabi saw.
Lalu Nafisah bertanya kembali, “Jika engkau dicukupi lalu diajak untuk memasuki pintu kekayaan, kehormatan, dan kecukupan, apakah engkau bersedia?”
Nabi saw pun semakin penasaran dan menanyakan siapa orang yang hendak menikah dengannya. Nafisah menjawab bahwa perempuan tersebut adalah Khadijah binti Khuwailid.
Melalui kisah tersebut, kita bisa menarik benang merah, bahwa seorang perempuan pun juga boleh untuk menyatakan perasaan terlebih dahulu. Hal ini tidak lantas membuat Siti Khadijah tampak sebagai perempuan yang agresif.
Bahkan, meskipun Siti Khadijah adalah pedagang yang sukses sedangkan Nabi saw bukanlah orang yang kaya, hal tersebut tidak menjadi sekat diantara keduanya. Oleh karena itu, tepat rasanya jika Siti Khadijah dijuluki sebagai pelopor feminis Islam.
Jangan Gengsi Untuk Menyatakan Perasaan Lebih Dulu
Selain rasa malu, hal yang membuat perempuan merasa ragu untuk menyatakan perasaan lebih dulu adalah karena rasa gengsi. Doktrin tersebut telah mengakar, bahwa untuk menyatakan perasaan sudah sepantasnya dilakukan laki-laki dulu.
Perempuan memiliki posisi sebagai orang yang ditawari ingin menjadi pasangannya atau tidak. Karena pernyataan yang dlakukan oleh laki-laki terlebih dahulu memiliki kesan yang manis dan romantis. Sehingga hal seperti ini pun terus berlanjut ke generasi-generasi selanjutnya.
Di dalam suatu hadist, Nabi saw bersabda:
“Iman salah seorang kalian tidaklah sempurna sampai ia mencintai pada apa yang ada pada saudaranya persis seperti ia mencintai sesuatu yang ada pada dirinya sendiri.”
Melalui hadist tersebut menerangkan bahwa mencintai lawan jenisnya karena Allah SWT juga merupakan bentuk dari mencintai diri sendiri. Di mana kita memberikan kesempatan pada diri ini untuk mengembangkan rasa cinta tersebut agar keduanya sama-sama saling mengetahui.
Sehingga nantinya akan diperoleh suatu kejelasan, apakah rasa cinta tersebut bisa dilanjutkan untuk menuju ke tahap yang lebih serius atau tidak.
Mulai sekarang, kita perlu untuk merubah mindset bahwa tidak selamanya laki-lakilah yang harus menyatakan perasaan lebih dulu. Perempuan juga boleh melakukannya tanpa harus diberi judge negatif. Pastikan untuk mengabaikan rasa malu dan gengsi yang akan menghambat kejelasan dari perasaan tersebut.