Perempuan Mencari Nafkah di Luar Rumah Bukanlah Sumber Fitnah
HIDAYATUNA.COM – Bukan menjadi hal asing lagi jika ada beberapa pernyataan bahkan ucapan orang lain yang mengatakan bahwa perempuan adalah sumber fitnah bagi laki-laki. Ungkapan tersebut pun terjadi bukan tanpa alasan.
Hal ini banyak yang merujuk kepada beberapa hadis Nabi saw yang diantaranya hadis Riwayat Bukhari.
“Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi laki-laki selain dari perempuan.”
Kemudian juga ada pada hadis lainnya, yakni hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah yang artinya sebagai berikut.
“Ketahuilah, takutlah kalian terhadap dunia dan para perempuan.”
Melalui hadis-hadis inilah yang kerap kali menjadi alasan bahwa perempuan adalah sumber fitnah. Dimana perempuan menjadi tempat ditimpakannya kesalahan yang akhirnya berujung pada rasa malu dan pemberian stigma pada perempuan tersebut.
Anda mungkin pernah dilarang untuk tidak pulang kerja malam-malam sebab berbahaya bagi perempuan. Tidak sedikit kasus yang terjadi pada malam hari dengan korbannya adalah perempuan, mereka kerap mendapatkan pelecehan seksual hingga kekerasan.
Meski berujung derita bagi perempuan, anehnya justru mereka jugalah yang disalahkan karena sudah pulang malam-malam. Sedangkan jika kita pikirkan kembali, jalan yang dilalui adalah milik umum, baik laki-laki maupun perempuan.
Siapa pun berhak untuk menggunakannya dengan rasa aman dan nyaman. Tetapi jika terjadi hal yang tidak diinginkan menimpa perempuan, kenapa yang disalahkan adalah perempuan?
Fitnah bagi Manusia Beragam
Merujuk pada islam.nu.or.id, makna fitnah yang ada dalam Al-Quran dan hadis adalah saling melengkapi. Fitnah yang berarti ujian atau cobaan bagi manusia bisa beragam. Baik dari lawan jenis, pasangan, anak-anak, atau bahkan dari harta.
Perempuan tidak bisa disalahkan secara sepihak dan dituduh menjadi sumber fitnah. Karena perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki potensi untuk menjadi sumber fitnah bagi lawan jenisnya dan juga menjadi sumber masalah. Sehingga Rasulullah saw pun menyebutkan bahwa yang sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang salihah. Hal tersebut sebagaimana dikutip melalui islam.nu.or.id.
Meningkatnya Kepala Keluarga Perempuan Dari Tahun ke Tahun
Kabar mengejutkan bahwa kepala keluarga perempuan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut terutama terjadi di daerah yang berkonflik dan mengalami bencana.
Sebagaimana dikutip melalui Kompas.com, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018. Diketahui terdapat 10,3 juta rumah tangga dengan 15,7 persen perempuan sebagai kepala keluarga.
Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab perempuan menjadi kepala keluarga seperti perceraian, suami yang tidak bekerja karena difabel atau kehilangan pekerjaannya. Bisa juga karena suami yang sudah pergi lama dan tidak memberikan nafkah, serta dikarenakan belum menikah dan memiliki tanggungan atas keluarganya.
Selain itu ada juga perempuan yang menjadi kepala keluarga karena suaminya poligami, menganggur, dan mengidap suatu penyakit. Berdasarkan data yang ada, sebagian besar perempuan yang menjadi kepala keluarga karena ditinggal meninggal oleh suaminya adalah sebesar 67,17 persen.
Beratnya Beban Ekonomi Ditambah dengan Tuduhan Ngawur
Miris rasanya jika seorang perempuan tanpa suami yang tengah berjuang untuk menghidupi keluarganya, malah dianggap sebagai sumber fitnah. Ia membanting tulang agar anak-anaknya bisa tetap makan, sekolah, dan mendapatkan kebutuhan lainnya.
Belum lagi jika perempuan tersebut juga harus mengurus orang tuanya. Beban yang ditanggung tidaklah ringan.
Ia sudah menanggung beban batin dan mental karena ditinggal suaminya atau dikecewakan suaminya. Setelah itu ia juga mendapatkan beban ekonomi.
Kemudian bebannya juga ditambah dengan tuduhan ngawur yang membuat posisi perempuan terasa semakin direndahkan.
Dengan semua upaya keras yang dilakukan seorang perempuan demi memenuhi kebutuhan hidup yang tidak hanya untuk dirinya sendiri itu. Masihkah perempuan dianggap sebagai sumber fitnah saat sedang bekerja?