Perempuan Memimpin Apakah Berarti Lebih Tinggi dari Laki-laki?
“Kepemimpinan laki-laki dan perempuan adalah bagian dari kolaborasi, tidak ada yang saling mengungguli”
HIDAYATUNA.COM – Memimpin kerap kali diidentikkan dengan laki-laki, namun di jaman modern ini perempuan juga berpeluang untuk memimpin. Apakah dengan memimpin berarti kedudukan perempuan lebih tinggi dari laki-laki?
Sebelum terlalu jauh membahas perihal kepemimpinan laki-laki dan perempuan, perlu kita sadari bahwa dalam rumah tangga perempuan juga berpeluang menjadi pemimpin. Bukan hanya di luar rumah seperti organisasi atau komunitas dan lembaga saja.
Untuk menjawab hal itu, tampaknya sudah terlalu banyak narasi keislaman yang membahasnya. Namun kali ini kita akan melihatnya dari perspektif Alquran dimana Allah memberi hak kepada pria untuk menjadi pemimpin berdasarkan ayat Alquran berikut ini.
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ
“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita(perempuan) karena Allah telah melebihkan golongannya dari golongan perempuan. Di samping kedudukannya sebagai pihak yang memberi nafkah dengan hartanya. Oleh karena itu, wanita (perempuan) yang baik adalah wanita (perempuan) yang patuh, memelihara kehormatannya, terutama sepeninggal suaminya. Sesuai dengan perintah Allah yang telah diberikan-Nya tentang pemeliharaan kehormatan itu.” (an-Nisa’: 34).
Surah an-Nisa’ ayat 34 itu menampilkan kepemimpinan laki-laki atas perempuan secara umum. Itu berarti laki-laki diharapkan dapat memikul tanggung jawab atas istrinya, anak-anak perempuannya, ibu, dan saudara-saudara perempuannya.
Kedudukan Laki-laki dan Perempuan Tidak Ada yang Lebih Unggul
Kepemimpinan laki-laki atas perempuan itu ialah tanggung jawab, bukan preferensi terhadap satu gender atas gender yang lain. Dengan begitu, kepemimpinan laki-laki ini tidak selalu diartikan lebih tinggi kedudukannya daripada perempuan.
Begitu pula dengan perempuan yang mengambil peran untuk memimpin, tidak berarti lebih tinggi dari laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama.
Laki-laki dipilih sebagai pemimpin karena kemampuan menilai tanpa terpengaruh emosi. Disamping itu laki-laki juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memberi nafkah kepada perempuan.
Nafkah atau tanggung jawab bukan hanya segi materi, tetapi segala sesuatu yang bermanfaat. Bisa jadi kesabaran, pengetahuan, perilaku yang baik, dan keberanian atau yang lain.
Pun, perempuan, ia dipilih untuk memimpin dalam rumah tangga, misalnya memimpin keuangan atau persoalan kesejahteraan yang berhubungan dengan dapur. Itu karena perempuan dinilai mampu melibatkan rasa dalam mengelola segala hal yang berkaitan dengan keluarga.
Sehingga semakin menumbuhkan cinta satu sama lain dan kehangatan dalam rumah tangga. Intinya, laki-laki dan perempuan tidak ada yang lebih tinggi atau saling mengungguli karena keduanya adalah bagian dari kolaborasi.