Perdana Menteri Sudan: Tidak Ada Solusi Militer untuk Konflik Yaman

 Perdana Menteri Sudan: Tidak Ada Solusi Militer untuk Konflik Yaman

Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok, mengatakan perang di Yaman, yang oleh PBB disebut sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia, tidak memiliki solusi militer, dan perdamaian di sana hanya dapat dicapai melalui solusi politik.

“Ketika berbicara tentang Yaman, … ini adalah warisan yang kami warisi. Saya pikir konflik di Yaman tidak memiliki solusi militer, baik itu dari kami maupun dari mana saja di dunia,” kata Abdalla Hamdok saat berbicara di Atlantic Council.

“Hal itu hanya bisa diselesaikan melalui jalur politik,” tambahnya.

Konflik di Yaman dimulai pada tahun 2014, ketika ibukota Yaman, Sanaa, diambil alih oleh pemberontak Houthi, yang kini telah menguasai sebagian besar dari utara negara itu.

Pada tahun 2015, mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir, mengerahkan pasukan ke Yaman sebagai bagian dari perubahan kebijakan luar negeri besar-besaran yang membuat Khartoum (ibukota Sudan) memutuskan hubungan selama puluhan tahun dengan Iran dan bergabung dengan koalisi pimpinan Arab Saudi yang berjuang untuk memulihkan pemerintahan di Sanaa yang telah diakui oleh dunia internasional.

Lengsernya kekuasaan Al-Bashir pada bulan April tahun ini, dan juga pembentukan pemerintahan sipil, menyebabkan penarikan sekitar 10.000 tentara Sudan yang sedang bertempur di Yaman.

“Kami akan membantu saudara-saudari kami di Yaman, dan membantu memainkan peran kami dalam membantu mereka untuk mengatasi hal ini,” kata pemimpin Sudan itu.

Hamdok mengatakan tidak ada ‘banyak tentara [Sudan]’ yang tersisa di Yaman. Diperkirakan sekarang hanya ada sekitar 5.000 tentara Sudan yang tersisa di negara teluk yang sedang dilanda perang itu.

Menurut organisasi bantuan, perang saudara yang sudah berlangsung selama lima tahun di Yaman itu telah menewaskan puluhan ribu orang, yang sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Perang itu telah mendorong jutaan orang di negara paling miskin di dunia Arab itu ke jurang kelaparan.

Sejak Hamdok mengambil alih pemerintahan pada bulan Agustus, yang selama puluhan tahun ini telah dikuasai oleh pihak militer, Hamdok memulai reformasinya secara ambisius dan berinisiatif dalam perihal perdamaian. Hamdok adalah pemimpin Sudan pertama yang mengunjungi AS sejak tahun 1985.

Pada hari Rabu, setelah dua dekade lamanya, AS sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik secara penuh dengan Sudan, tetapi mereka masih mengklasifikasikan Sudan sebagai ‘negara sponsor terorisme’.

Sumber : Aljazeera.com

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *