Perdana Menteri Malaysia: Dialog Lintas Agama Penting untuk Memerangi Islamofobia

 Perdana Menteri Malaysia: Dialog Lintas Agama Penting untuk Memerangi Islamofobia

Seorang Pria Kirimkan Ancaman Pembunuhan pada Seorang Muslimah di Inggris (Ilustrasi/IQNA)

HIDAYATUNA.COM, Malaysia – Interaksi antara umat muslim dan komunitas lain sangat penting untuk mendorong saling pengertian dan mencegah kesalahpahaman yang menyebabkan Islamofobia, kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Anwar menyatakan bahwa Barat, bahkan pasca-kolonial, masih mempertahankan ajaran lama tentang yang lain, yang menyebabkan kesalahpahaman, misinformasi, dan penolakan terhadap yang lain, yang disebut Islamofobia.

“Bagaimana Anda bertahan hidup dan hidup dalam masyarakat seperti Malaysia yang multiras dan multiagama dan menghindari pembahasan tentang agama, budaya, peradaban lain dan kemudian menuntut Barat untuk memahami kita?

“Jadi saya pikir keterlibatanlah yang dibutuhkan oleh kita untuk membuat orang lain memahami kita, dan bagi kita untuk memahami mereka,” katanya dalam pidatonya di Konferensi Dunia ke-7 tentang Pemikiran dan Peradaban Islam (WCIT) ‘Bersama Kita Tegak: Umat Muslim dan Kemanusiaan Global’ di sini hari ini.

Perdana Menteri juga mendesak umat Islam untuk memahami konsep ladzatul ma’rifah, yang berarti berbagi ilmu, pembelajaran, dan keilmuan.

“Anda ingin mendapatkan yang terbaik untuk dipahami dan dihargai, sebagaimana kita telah memahami perintah Al-Qur’an, dengan menggunakan terminologi yang sangat relevan dan tepat, bukan hanya toleransi, tetapi lita’arafu.

Yaitu belajar dari satu sama lain, memahami satu sama lain, menghargai perbedaan.

“Pendapat saya adalah kita harus memiliki keberanian dan keyakinan untuk melanjutkan wacana, semangat ladzatul ma’rifah, untuk memahami, menghargai, dan menyadari bahwa ini adalah persyaratan untuk mencapai tidak hanya perdamaian dan kesejahteraan atau bahkan keberlanjutan melalui wacana yang beralasan,” katanya.

WCIT, sebuah acara negara bagian Perak yang diselenggarakan oleh Universiti Sultan Azlan Shah (USAS) sejak 2012, diikuti oleh peserta dari lebih dari 21 negara.

Konferensi tiga hari, yang dimulai hari ini, bertujuan untuk menyediakan wadah bagi para pemimpin regional dan internasional, cendekiawan, intelektual, profesional, dan masyarakat umum untuk bertukar ide dalam mengatasi masalah-masalah kontemporer yang memengaruhi dunia. []

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *