Perbedaan Tauhid Nabi Yunus dan Fir’aun saat Akan Ditenggelamkan

 Perbedaan Tauhid Nabi Yunus dan Fir’aun saat Akan Ditenggelamkan

Firaun sempat mengucap kalimat tauhid (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kalimat tauhid La Ilaha Ilallah dengan mengutip ayat suci Alquran memiliki rahasia yang luar biasa. Hal ini dijelaskan oleh Imam Fakhruddin Muhammad bin Umar bin al-Husain ar-Razi dalam “Keajaiban Al-Qur’an & Rahasia Kalimat Tauhid”.

Allah SWT berfirman, 

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ 

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan; Tuhan) selain Allah. Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS Muhammad 19)

Dalam ayat tersebut Allah SWT. mendahulukan perintah tauhid, serta mengetahui dan meyakini keesaan-Nya. Ketimbang perintah istighfar atau memohon ampunan kepada-Nya.

Lantaran menurutnya, pengetahuan tauhid merupakan bagian dari pembahasan pokok (‘ilm al-Ushul). Sedangkan istighfar merupakan cabangnya (‘ilm al-Furu’).

Menurut Ar Razi, sesuatu yang bersifat pokok sudah semestinya didahulukan atas sesuatu yang bersifat cabang. Tidak mungkin seseorang menaati Tuhan dan beribadah kepada-Nya jika dia belum mengetahui dan meyakini keberadaan-Nya. Pentingnya pengatahuan tauhid ini menunjukkan bahwa ilmu lebih didahulukan daripada amal.

Klaimat Tauhid Fir’aun

Kalimat tauhid ini merupakan bacaan zikir yang paling utama. Oleh karena itu, Alquran menceritakan seorang musuh Allah dan kekasih Allah yang membaca kalimat tauhid untuk meminta perlindungan dari-Nya. 

Musuh Allah yang dimaksud adalah Fira’un. Menurut Ar Razi, di detik-detik terakhir kehidupannya Fira’un juga sempat mengucapkan:  

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ 

“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fira’un itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah.” (QS Yunus 90).

Ar Razi menjelaskan, maksud ucapan Fira’un itu seolah-olah Fira’un berkata, “Tiada Tuhan yang menjadikan api terasa sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim AS ketika dia dibakar oleh kaumnya. Dan tiada tuhan yang mampu menjadikan air sebagai azab bagi manusia sebagaimana mana air laut yang menenggelamkanku (Fira’un), kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil.”

Kekasih Allah Menurut Husain ar-Razi

Sedangkan kekasih Allah yang disebut Ar Razi adalah Nabi Yunus AS. Allah SWT berfirman:  

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ 

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al Anbiya 87) 

Ar Razi menjelaskan bahwa maksud dari doa Nabi Yunus itu seolah-olah dia sedang berkata, “Tiada Tuhan selain Engkau, karena hanya Engkau yang mampu menjadikan seseorang tetap hidup di dalam perut ikan. Dan tak ada satu pun yang memiliki kekuasaan (kemampuan) semacam itu, kecuali diri-Mu.” 

Namun, menurut Ar Razi, meskipun Nabi Yunus dan Fira’un sama-sama mengucapkan kalimat yang bermakna tauhid tersebut, Allah SWT. hanya menerima ucapan Nabi Yunus. Sebab, doa yang yang dipanjatkan Nabi Yunus sangat berbeda dengan doa Fira’un.

Doa Nabi Yunus diucapkan berkat kekuatan iman dan tauhid yang berkesinambungan. Sementara kalimat tauhid Fira’un hanya kamuflase. 

 

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *