Pentingnya Etika dalam Bermedia Sosial
HIDAYATUNA.COM – Keberadaan media sosial telah mengubah cara berkomunikasi setiap orang. Di mana interaksi yang semula banyak terbangun melalui tatap muka, kini pertemuan itu hanyalah berupa virtual.
Orang yang semula merasa ragu bahkan segan untuk mengutarakan pendapatnya secara langsung di hadapan orang, kini menjadi lebih berani ketika berkomentar secara virtual.
Komentar-komentar yang diberikan pun tidaklah bisa dicerna sesaat. Namun bentuk komentar menyakiti yang membuat penerimanya merasa tidak tenang.
Hal ini dikarenakan pemberi komentar dan penerima tidak saling mengenal. Sehingga komentar tersebut secara bebas dilemparkan tanpa memperhatikan bagaimana perasaan penerima komentar.
Bijak Bermedia Sosial
Media sosial yang datang dengan tujuan baik, yakni untuk membantu kita di dalam menjalin hubungan pertemanan dengan jangkauan yang lebih luas. Seiring berjalannya waktu pun menimbulkan pendapat yang negatif.
Hal ini tentu saja tidak terlepas dari orang-orang yang selalu aktif di media sosial. Tetapi tanpa berpikir panjang ketika mengetikkan komentarnya di kolom yang disediakan.
Hal ini pun menyadarkan kita bahwa etika tidak hanya berlaku ketika berbicara tatap muka dalam suatu pertemuan saja. Tetapi juga dibutuhkan ketika melakukan komunikasi secara virtual.
Sebagaimana hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa:
“Siapa saja yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah ia berkta baik atau diam.”
Saat ini lisan tak lagi menjadi dominan dalam berkomentar, dan telah digantikan oleh jari yang semakin bebas dan aktif mengutarakan beragam pendapat. Baik positif maupun negatif. Meskipun begitu, etika tetaplah harus diterapkan.
Berbicara baik akan lebih banyak mendatangkan kebaikan dan kebermanfaatan. Sedangkan ungkapan-ungkapan yang buruk dan menjatuhkan.
Hal ini justru akan menyakiti orang lain dan membuat pelakunya semakin terbiasa untuk memberikan komentar tidak baik pada target yang lain.
Sopan dalam Berkomentar
Etika ketika berkomunikasi secara langsung maupun virtual hendaknya diterapkan secara sama. Menggunkan bahasa yang sopan, tidak menyakiti hati, serta tidak memberikan beragam kata-kata kasar.
Cobalah ketika mengakses media sosial dan melihat setiap postingan yang ada, maka lakukanlah interaksi yang positif dengan pengguna lainnya.
Di mana ketika ada yang berprestasi, maka berikanlah ucapan selamat dan apresiasi. Hal ini pun akan menciptakan rasa bahagia bagi penerimanya dan semakin mempererat pertemanan.
Begitu pun ketika ada yang sedang mengalami musibah, maka berikanlah ucapan duka dan rasa simpati Anda atas peristiwa yang terjadi. Komentar tersebut akan membantu menenangkan orang yang sedang mendapat musibah tersebut.
Dan yang tidak kalah penting adalah bersikaplah selektif ketika memilih teman di dalam media sosial. Hal ini bukan bertujuan untuk membatasi pertemanan, tetapi memberikan keamanan pada diri sendiri dan juga akun media sosial kita.
Dengan begitu, media sosial kita tetap bersih dan tidak mengandung hal-hal yang negatif. Media sosial yang berisi hal-hal positif, akan mampu memberikan pengaruh yang positif juga kepada orang lain.
Khalifah Umar bin Khattab pernah mengatakan bahwa, “Beradablah baru kemudian belajar”.
Melalui perkataan Umar bin Khattab tersebut meunjukkan bahwa kedudukan dari etika adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan ilmu. Sehah, ketika kita menyampaikan sesuatu tanpa menggunakan etika yang baik, maka akan muncul sikap angkuh maupun sombong di dalamnya.
Oleh karena itu, sebelum kita mengetikkan suatu komentar di media sosial, akan lebih baik jika mempertimbangkan secara matang terlebih dahulu dampaknya. Akankah menyakiti orang tersebut atau tidak, menimbulkan pertentangan atau tidak, dan bisa memberikan manfaat atau tidak.
Jangan sampai, karena tanpa berpikar panjang sebelum berkomentar, kita yang akan menyesal di kemudian hari atas perbuatan yang dilakukan diri sendiri.