Pengikut Salaf Yang Mana?
HIDAYATUNA.COM – Ulama Salaf, ulama yang hidup di masa Sahabat, Tabiin dan Tabiit Tabiin. Tentu banyak jumlahnya. Padahal dari masing-masing mereka mengalami perbedaan dalam tata cara ibadah.
Berikut beberapa klaim suatu kelompok yang mengaku “Mengikuti Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman Salaf”, tapi nyatanya tidak sesuai.
1. Tawassul
Imam Ahmad salah satu ulama Salaf ternyata mengamalkan Tawassul:
قال أحمد فى منسكه الذى كتبه للمروذى صاحبه إنه يتوسل بالنبى فى دعائه
Ahmad bin Hanbal berkata dalam kitabnya yang ditulis untuk Al-Marwadzi bahwa ia ber-tawassul dengan Nabi dalam doanya (Majmu’ Fatawa 1/140)
Lalu hari ini ada kelompok yang mengaku sebagai pengikut Salaf tapi mensyirikkan Tawassul?
2. Mengamalkan Hadis Daif
Memang bagi sebagian ulama Salaf ada yang menerima hadis daif dan ada yang menolak. Jika hari ini ada yang mengaku ikut Salaf tapi menolak hadis daif keseluruhan maka tidak benar:
أحمد بن حنبل يقول إذا روينا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: في الحلال والحرام شددنا في الأسانيد وإذا روينا عن النبي صلى الله عليه وسلم في فضائل الأعمال ومالا يضع حكماً ولا يرفعه تساهلنا في الأسانيد
“Bila kami meriwayatkan dari Nabi tentang hukum halal dan haram, maka kami sangat selektif dalam hal sanad. Jika kami meriwayatkan keutamaan amal dan selain hukum, maka kami tidak selektif” (Thabaqat Al-Hanabilah, 1/171)
3. Baca Qur’an Di Makam
Hari ini kelompok Salafi membidahkan baca Qur’an saat ziarah kubur. Padahal ulama Salaf mengamalkan:
قَالَ الْمَرُّوذِيُّ : سَمِعْتُ أَحْمَدَ يَقُولُ : إذَا دَخَلْتُمْ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ، وَاجْعَلُوا ثَوَابَ ذَلِكَ إلَى أَهْلِ الْمَقَابِرِ ؛ فَإِنَّهُ يَصِلُ إلَيْهِمْ ، وَكَانَتْ هَكَذَا عَادَةُ الْأَنْصَارِ فِي التَّرَدُّدِ إلَى مَوْتَاهُمْ ؛ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ
“Dianjurkan baca al-Qur’an di Kubur. Ahmad berkata ”Jika masuk kubur bacalah Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas, hadiahkan untuk ahli kubur, maka akan sampai. Inilah kebiasaan sahabat Anshor yang bolak-balik kepada orang yang meninggal untuk membaca al-Qur’an” (Mathalib Uli an-Nuha 5/9)
4. Isbal
Memanjangkan kain dan pakaian sampai ke bawah mata kaki ada yang mengatakan makruh dan haram. Ada yang berpendapat haram jika motif sombong dan tidak haram jika tidak sombong. Tidak bisa digeneralisir bahwa Isbal adalah neraka semua.
Ulama Mazhab Hambali mengatakan:
وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا حَنِيفَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ ارْتَدَى بِرِدَاءٍ ثَمِينٍ قِيمَتُهُ أَرْبَعُمِائَةِ دِينَارٍ وَكَانَ يَجُرُّهُ عَلَى الْأَرْضِ فَقِيلَ لَهُ أَوَلَسْنَا نُهِينَا عَنْ هَذَا ؟ فَقَالَ إنَّمَا ذَلِكَ لِذَوِي الْخُيَلَاءِ وَلَسْنَا مِنْهُمْ
Diriwayatkan bahwa Abu Hanifah memakai selendang mahal, harga 400 dinar, dan panjang sampai ke tanah. Ia ditegur: “Bukankah ini dilarang? Abu Hanifah berkata: “Larangan isbal itu bagi orang sombong. Kita tidak sombong” (Ibnu Muflih, al-Adab, 4/226)