Pengenalan Agama Pada Anak Menurut Islam
Agama merupakan suatu faktor terpenting dalam hidup dan kehidupan manusia, karena agama mampu memberikan makna, arti dan tujuan hidup dan kehidupan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan agama sangat penting dalam hidup dan kehidupan seseorang maka penanaman nilai nilai ajaran agama itu harus dilaksanakan sedini mungkin. Perkara agama bukanlah hal sepele yang dapat dipelajari dalam jangka waktu singkat. Karena itu dengan mengenalkan ajaran agama sedini mungkin, Anda dapat menanamkan fondasi nilai-nilai religi kepada anak dengan lebih mudah.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat, dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama menyatakan bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0 – 12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak itu tidak mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama. (Daradjat, 1989:58-59).
Pendidikan agama yang diberikan kepada anak-anak pada masa kecil, akan bersifat menentukan bagi kehidupan agama mereka dikemudian hari. Apabila seorang anak sudah menerima didikan agama sejak kecil yang diberikan dengan sabar dan teliti oleh orang tuanya, maka hal ini berarti bahwa anak tersebut telah dilengkapi dengan sesuatu kekuatan rohani untuk menghadapi pengaruh-pengaruh anti agama yang akan dijumpainya dikemudian hari.
Sehubungan dengan itu Allah SWT telah mengingatkan kepada kita sebagai mana firman Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya : “Dan hendaklah kamu merasa cemas bila meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan lemah serta khawatir atas kesejahteraan mereka, dan bertakwalah kepada Allah, katakanlah perkataan yang mulia”. (Q.S An-Nisa’ : 9).
Yang dimaksud dengan anak anak yang lemah dalam ayat ini adalah anak-anak yang lemah ilmunya, lemah fisiknya, lemah ketrampilannya, lemah ekonominya, lemah akhlaknya dan lebih parah lagi adalah lemah imannya. Dan akibat dari kelemah ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari begitu maraknya kriminalitas, kezaliman dan kemaksiatan seperti perampokan, pembunuhan, perzinahan, pemerkosaan pelacuran, perjudian, penyalah gunaan obat/narkotika, minum-minuman keras, pergaulan bebas, prostitusi, pengguguran kandungan, timbulnya generasi yang menyia-nyiakan sholat dan jauh dari agama,semuanya itu karena lemahnya anak-anak kita.
Kebanyakan anak jatuh dalam kerusakan disebabkan kesalahan orang tuanya yang tidak atau kurang memberikan perhatian untuk mendidik anaknya dengan ajaran-ajaran agama semenjak kecil, sehingga anak tidak dapat memberikan mamfaat kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan masalah pendidikan anak terutama pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan dasardasar keagamaan terutama dalam mengarahkan, melatih dan membiasakan kelakuan-kelakuan keagamaan. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak. Apa yang dipercaya oleh anak tergantung kepada apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tua di rumah. Hal ini selaras dengan sabda nabi Muhammad saw, tidaklah dilahirkan seorang anak, melainkan dengan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi (Zaini, 1982: vi). Dengan demikian orang tua harus benar-benar menyadari bahwa dirinya mengemban amanah dari Allah,SWT untuk mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang berguna dan berakhlak baik dalam hidupnya.
Dalam rangka pendidikan agama pada periode masa anak-anak, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh orang tua, antara lain : Pertama, mulai dari hal yang paling kecil, Sebagai langkah awal pengenalan agama pada anak, Anda tidak perlu memulai dengan mengajarkan hal-hal yang bersifat ritual seperti beribadah di rumah ibadah atau memaksa anak untuk mengikuti ritual ibadah secara rutin.
Mulailah dengan mengajarkan hal-hal yang paling sederhana di rumah. Contohnya, jika Anda adalah seorang muslim, Anda bisa menyuruh anak untuk mengecilkan volume televisi dan mematikan gadget saat adzan berkumandang atau mengajarkan cara memakai sarung yang benar. Kedua, berikan ajaran agama sesuai dengan usia anak, Tidak perlu terburu-buru dalam mengenalkan agama pada anak. Anda tidak dapat menyamakan persepsi dan kemampuan anak dengan orang dewasa dalam memahami urgensi ibadah di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, berilah anak ajaran agama sesuai porsinya.
Anda dapat mulai bersikap tegas saat anak mulai menginjak usia remaja. Akan tetapi, saat mereka masih berada di bawah usia 12 tahun, sebaiknya tidak perlu terlalu “galak” dalam memberikan pengajaran tentang agama. Salah-salah, anak justru akan merasa terkekang dan justru membuatnya memiliki sifat pemberontak. Ketiga, memberi contoh di rumah, Tidak ada cara mengenalkan agama pada anak yang lebih baik daripada memberikan contoh secara langsung di rumah. Meskipun Anda tidak mengenalkan agama secara langsung, jika Anda rajin beribadah di rumah maka anak lama-kelamaan akan mengikuti kebiasaan tersebut.
Seperti yang kita tahu, anak-anak merupakan mahluk yang sangat reseptif dan mudah penasaran dengan apa yang ada di sekitarnya. Anda bisa memanfaatkan sifat alami tersebut untuk mulai mengajarkan agama pada anak dengan cara memberi contoh langsung. Keempat, jangan gunakan agama untuk menakut-nakuti anak, Menjadikan neraka sebagai ancaman bagi anak yang berbuat salah justru dapat berdampak negatif bagi cara mereka menerima agama. Jika dilakukan berkali-kali, anak dapat menganggap ajaran agama sebagai sesuatu yang mengerikan.
Sebaiknya kenalkanlah agama sebagai sesuatu yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Menjadikan agama sebagai ancaman bukanlah cara yang paling bijak untuk dilakukan. Sebagai orang tua yang memiliki fungsi utama dan peran strategis dalam Pendidikan agama pada anak di dalam keluarga. Seorang anak yang tidak mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama dan akan jatuh dalam kerusakan. Oleh karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan masalah pendidikan anak terutama pendidikan agama kepada anak dengan cara mengarahkan, melatih dan membiasakan kelakuan-kelakuan keagamaan melalui contoh dan suri tauladan yang baik.