Pengeboman Semakin Intensif, Puluhan Ribu Orang Melarikan Diri dari Idlib Suriah
Setelah adanya peningkatan pengeboman yang dilakukan oleh pasukan pemerintah yang didukung oleh Rusia, puluhan ribu warga sipil akhirnya melarikan diri dari provinsi Idlib, Suriah, menuju ke perbatasan Turki. Hal ini menciptakan tantangan kemanusiaan yang baru ketika musim dingin baru saja tiba.
Pada hari Jumat, pengamat dari PBB mengatakan bahwa hanya dalam waktu 24 jam setidaknya 18.000 orang telah mengungsi dari provinsi Idlib, ketika pengeboman yang mematikan itu terus berlanjut.
Menurut laporan yang mengutip dari Syria’s Response Coordination Group, dalam lima hari terakhir, setidaknya sudah ada 80.000 warga Suriah yang melarikan diri menuju pengungsian di dekat perbatasan Turki.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar satu juta pengungsi dari Suriah yang tinggal di dekat perbatasan Turki.
Pada bulan September 2018, Turki dan Rusia telah sepakat untuk mengubah provinsi Idlib menjadi zona de-eskalasi.
Dan menurut laporan, sejak saat itu sudah lebih dari 1.300 warga sipil yang tewas dalam serangan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah di zona de-eskalasi tersebut.
Seorang reporter dari Aljazeera, Mohammed Adow, mengatakan bahwa pengeboman yang dilakukan oleh pemerintah Suriah yang didukung Rusia itu termasuk melalui serangan udara, penembakan dan serangan bom barel di kota Maarat el-Numan, di provinsi Idlib bagian selatan.
Warga Suriah yang tinggal di daerah itu mengatakan bahwa sasaran dari serangan-serangan itu tidak pandang bulu terhadap rumah sakit, pasar, dan juga rumah-rumah warga.
Pada hari Jumat, kemarahan publik terhadap serangan itu pun tumpah ke jalan-jalan. Ratusan orang di provinsi Idlib turun ke jalan berdemonstrasi untuk mengecam apa yang mereka sebut sebagai pengabaian oleh komunitas internasional terhadap nasib buruk yang sedang mereka alami. Mereka juga menyerukan untuk secepatnya menghentikan serangan pengeboman tersebut.
Para saksi mata disana mengatakan bahwa para pengungsi yang sedang berusaha melarikan diri dari rumah mereka juga menjadi sasaran serangan pengeboman itu.
Di kota Sarmada, sebuah pusat bantuan untuk Suriah yang hanya beberapa kilometer dari perbatasan dengan Turki, para pejuang dari oposisi Hay’et Tahrir Sham membuat penghalang untuk menghentikan para demonstran yang berjalan menuju perbatasan.
Pasukan keamanan Turki juga mengatakan bahwa mereka terpaksa untuk mengirim bala bantuan untuk memastikan agar para demonstran tidak menyeberang ke Turki.
Provinsi Idlib adalah rumah bagi sekitar 2,4 juta orang, yang lebih dari setengahnya hidup terlantar tidak memiliki atap dan tinggal di luar di dekat perbatasan Turki.
Dengan semakin intensifnya serangan pengeboman di provinsi Idlib, memaksa ribuan orang untuk melarikan diri dari daerah itu di tengah musim dingin dengan keadaan kelaparan.
Keadaan kamp-kamp pengungsian resmi yang berada di perbatasan Suriah-Turki sudah dalam kapasitas penuh. Hal itu memaksa banyak dari warga sipil yang terlantar untuk tinggal di kamp-kamp darurat yang penuh sesak, di mana kondisi pengiriman bantuan sangat sedikit dan jarang.
Situasi kekurangan bahan bakar juga telah menjadikan biaya makanan dan transportasi menjadi meningkat. Hal itu juga secara tidak langsung mengancam kelangsungan proses perawatan medis di provinsi tersebut.
Harga bahan bakar sendiri telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua bulan terakhir. Badan amal dan rumah sakit mengatakan bahwa mereka sedang berusaha keras untuk merespons krisis tersebut.
Sumber : Aljazeera.com