Pembentukan Peradaban Islam di Masa Khulafaur Rasyidin

 Pembentukan Peradaban Islam di Masa Khulafaur Rasyidin

Kisah Malik bin Dinar dan Tetangganya yang Ugal-ugalan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Peradaban Islam di era Khulafaur Rasyidin merupakan salah satu fase sejarah yang penting untuk dipelajari.

Setelah wafatnya Rasulullah di Madinah pada tahun kesebelas hijriyah, kepemimpinan atas umat Islam beralih kepada empat sahabat terdekat Rasulullah yang kemudian dijuluki sebagai Khulafaur Rasyidin.

Mereka menjadi seorang khalifah yang menggantikan Rasulullah dalam hal sebagai pemimpin umat Islam, bukan sebagai nabi ataupun rasul.

Khalifah yang pertama ialah Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar ialah sosok yang amat bijaksana dan penyabar.

Beliau lah yang menegakkan otoritas Madinah ke selurh pelosok Jazirah Arab setelah suku-suku Badui melakukan pembangkangan terhadap baiat pribadi mereka kepada Rasulullah. Peristiwa ini dikenal dengan pemberantasan kaum riddah atau pemberontak.

Abu Bakar menjadi kahlifah dari tahun 11 Hijriyah sampai tahun 13 Hijriyah, atau tahun 632 Masehi sampai dengan tahun 634 Masehi.

Pada masa pemerintahannya, atas usulan Umar, Abu Bakar berhasil membukukan Al-Qur’an dalam satuan mushaf.

Sebab setelah banyak penghafal Al-Qur’an gugur dalam perang riddah di Yamamah.

Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Qur’an dibantu oleh Ali bin Abi Thalib.

Naskah tersebut terkenal dengan naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah Usman membukukan Al-Qur’an berdasarkan mushaf itu.

Kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang masih murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.

Abu Bakar juga melanjutkan ekspansi perluasan wilayah kekuasaan Islam yang telah dilakukan oleh Rasulullah sebelumnya.

Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Abu Bakar melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktikkan Rasulullah saw.

Beliau sangat memerhatikan keakuratan penghitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembayarannya.

Salah satu aspek penting perekonomian arab pra-islam adalah pertanian. Perdagangan adalah unsur penting dalam perekonomian arab.

Abu Bakar juga melaksanakan kegiatan ekspor impor dengan negara-negara lain baik di dalam Jazirah Arab maupun di luar Jazirah Arab.

Hal tersebut menunjang kemakmuran dari segi ekonomi maupun dari segi sosial, sehingga bangsa Arab dan Islam pada saat itu menjadi lebih populer di kalangan masyarakat dunia. Hal ini merupakan salah satu bukti kemajuan peradaban Islam pada masa tersebut.

Khalifah yang selanjutnya ialah Umar bin Khattab. Umar berkuasa pada tahun 13 Hijriyah sampai dengan tahun 23 Hijriyah, atau pada thaun 634  Masehi sampai dengan tahun 644 Masehi.

Di bawah kepemimpinan Umar, orang-orang Arab gurun diarahkan untuk menaklukkan wilayah-wilayah Byzantium di Suriah, Palestina, Mesir, dan lain-lain.

Umar juga seorang organisator yang tangguh dalam mengembangkan peradaban Islam di masa itu.

Hal ini dibuktikan dengan pemberlakuan suatu pemerintahan sipil yang sifatnya masih sederhana di provinsi-provinsi taklukan.

Serta sistem Diwan sebagai sistem yang digunakan untuk pembayaran pensiunan prajurit-prajurit Arab.

Umar jugalah yang memakai gelar Amir al-Mu’minin yang menyiratkan elemen spiritual serta murni politis dalam kepemimpinannya.

Khalifah Umar memiliki peran yang signifikan atas bertambah luasnya daerah kekuasaan Islam.

Di antara ekspansi-ekspansi yang dilakukan Umar dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan umat Islam antara lain ialah penaklukan Syria, penyerangan terhadap Yerussalem, penaklukan Irak dan Persia, penaklukan Mesir, dan lain-lain.

Selain itu, Umar juga menanamkan rasa nasionalisme kepada umat Islam waktu itu.

Umar juga membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya.

Benih-benih demokrasi serta toleransi antar manusia juga diterapkan dengan sangat baik oleh Umar.

Pada masa kepemimpinan Umar, hal yang paling menonjol memang perluasan wilayah kekuasaan Islam.

Namun hal itu sebenarnya juga berdampak pada perkembangan ekonomi serta sosial dari umat Islam yang ia pimpin.

Umar ditikam oleh budak bangsa Persia bernama Feroz pada saat Umar hendak melakukan salat, kemudian beliau meninngal tiga hari setelahnya.

Khalifah berikutnya ialah Utsman bin Affan. Saat Umar bin Khattab sakit dan terbaring lemah setelah ditikam oleh Feroz, Umar membentuk kepanitiaan yang bertugas untuk memilih seorang khalifah di antara mereka sendiri sebagai penggantu dirinya.

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya Utsman bin Affan terpilih menjadi khalifah pengganti Umar.

Utsman berkuasa mulai tahun 24 Hijriyah sampai dengan tahun 36 Hijriyah atau mulai tahun 644 Masehi sampai dengan tahun 656 Masehi.

Selama kepemimpinannya, Utsman melanjutkan perluasan imperium umat Islam yang telah dilakukan oleh dua khalifah sebelumnya.

Sehingga wilayah imperium Islam pun menjadi semakin luas. Utsman juga membangun angkatan laut.

Di bawah pemerintahannya juga, salah satu panglima perangnya, yaitu Abdullah berhasil menaklukkan Tripoli.

Pada masa Utsman juga dilakukan penyusunan serta pembukuan Al-Qur’an secara lebih profesional dan akhirnya berhasil selesai pada masa pemerintahannya juga.

Peradaban Islam mengalami kemakmuran pada masa-masa awal pemerintahan Utsman.

Namun pada masa-masa akhir dari kepemimpinan Utsman, muncul berbagai polemik, fitnah, serta pemberontakan yang pada akhirnya berujung pada pembunuhan Khalifah Utsman.

Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman, umat Islam pada waktu itu mengalami kekosongan kekuasaan.

Di Madinah terjadi banyak kerusuhan serta kebingungan umat Islam.

Kemudian, Abdullah bin Saba, pemimpin partai Mesir, mengusulkan agar Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah selanjutnya.

Usulan tersebut disetujui oleh umat Islam. Ali berkuasa mulai tahun 36 H ijriyah sampai dengan tahun 41 Hijriyah atau mulai tahun 656 Masehi sampai dengan tahun 661 Masehi.

Sebagai seorang khalifah, Ali berusaha meneruskan cita-cita para khalifah pendahulunya, Ali mengikuti prinsip Baitul Mal dengan teliti dan seksama.

Penggantian-penggantian struktur pemerintahan pada saat itu juga ia lakukan demi mengembalikan kepercayaan masyarakat lagi pada pemerintahan dan untuk mencegah terjadinya pemberontakan lagi.

Meski pada akhirnya tetap terjadi berbagai pemberontakan, di antaranya ialah pemberontakan Thalhah dan Zubair, pemberontakan Muawiyah, hingga banyak terjadi perang di anataranya Perang Jamal atau Perang Unta, Perang Siffin, dan lain-lain.

Pada masa pemerintahan Ali, peradaban Islam kala itu boleh dibilang sedang mengalami kemuduran dan tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Dikarenakan banyaknya kecamuk politik yang terjadi demi menggulingkan pemerintahan Ali.

Sampai pada akhirnya berujung pada pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib. []

Lutfi Maulida

Saat ini aktif di Komunitas Puan Menulis dan Komunitas Santri Gus Dur Yogyakarta. Perempuan yang menyukai bacaan, film/series dan kuliner. Dapat disapa melalui Instagram @fivy_maulidah dan surel lutfimaulida012@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *