PBB Soroti Banyaknya Pekerja Kemanusiaan yang Tewas Saat Bertugas di Palestina

Hampir 200 Orang Staf UNRWA Gugur di Gaza, Insiden Terburuk dalam Sejarah PBB (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Palestina – Setidaknya 196 pekerja kemanusiaan telah terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, kata juru bicara PBB.
Menggambarkan wilayah Palestina sebagai salah satu tempat paling berbahaya dan sulit di dunia untuk bekerja sebagai pekerja bantuan kemanusiaan, juru bicara PBB Stephane Dujarric pada konferensi pers, sebagaimana dikutip dari IQNA, menegaskan kembali bahwa semua serangan terhadap pekerja layanan kesehatan dan militerisasi rumah sakit tidak dapat diterima.
Dia menekankan bahwa rumah sakit perlu dilindungi agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan jiwa yang mungkin mereka perlukan.
Mengulangi seruan mendesak PBB untuk segera melakukan gencatan senjata, Dujarric mengatakan Koordinator Senior PBB untuk Kemanusiaan dan Rekonstruksi untuk Gaza, Sigrid Kaag, bertemu dengan pekerja dari World Central Kitchen (WCK) di Gaza satu hari sebelum mereka tewas dalam serangan udara Israel.
Memperhatikan bahwa Kaag “terkejut” dengan serangan itu, Dujarric menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas.
Ditanya tentang pesan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang pembunuhan para pekerja bantuan, Dujarric berkata,
“Pesannya adalah biarkan pekerja kemanusiaan melakukan pekerjaan mereka. Mereka harus mampu melakukannya dan menjaga keselamatan.”
Dujarric mencatat bahwa Israel meluncurkan penyelidikan atas serangan WCK dan PBB sedang menunggu hasilnya.
Dia juga menambahkan bahwa banyak personel PBB telah terbunuh di wilayah tersebut, dan beberapa di antaranya terbunuh di lokasi yang sebelumnya telah dikomunikasikan kepada otoritas rezim Israel.
Mengekspresikan kesedihan atas kematian warga sipil, Dujarric menekankan perlunya menghormati semua individu.
Sebelumnya pada hari Selasa, World Central Kitchen mengatakan tujuh pekerja bantuan kemanusiaannya tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza pada hari Senin.
Tujuh pekerja kelompok yang berbasis di AS yang terbunuh pada hari Senin adalah warga negara Australia, Polandia, Inggris, dan Palestina, serta warga negara ganda AS-Kanada.
Setelah “serangan yang ditargetkan” tersebut, kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka menghentikan operasi di wilayah tersebut.
Selain menewaskan 33.000 orang sejak 7 Oktober, serangan dan pengepungan Israel di Jalur Gaza juga disalahkan atas kondisi hampir kelaparan yang dialami lebih dari 2 juta warga Palestina, dan serangan yang menewaskan pekerja bantuan dan warga sipil yang mencari bantuan kemanusiaan. []