PBB: Ada ‘Kemajuan’ Perundingan Perdamaian di Libya

 PBB: Ada ‘Kemajuan’ Perundingan Perdamaian di Libya

HIDAYATUNA.COM – Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Libya telah melaporkan adanya ‘kemajuan’ dalam perundingan mengenai upaya untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian di antara perwakilan militer dari pihak-pihak yang sedang bertikai di negara itu.

“Telah ada kemajuan pada banyak masalah penting,” kata Ghassan Salame kepada wartawan di Jenewa, tempat dimana dua rival bertemu. Dia juga menambahkan bahwa saat ini masih ada ‘dua atau tiga poin perbedaan’.

“Kami masih berusaha memperbaiki rancangan dasar (perjanjian gencatan senjata) kami. Saya berharap mendapatkan persetujuan sebelum kami meninggalkan kota Swiss,” tambahnya pada hari Kamis kemarin.

Lima perwira senior yang ditunjuk oleh Government of National Accord (GNA) Libya yang diakui oleh PBB, dan lima lainnya yang ditunjuk oleh komandan militer Libyan National Army (LNA), Khalifa Haftar, ikut serta dalam perundingan tersebut.

Salame juga mengatakan bahwa dalam perundingan itu kedua pihak tidak bertemu secara langsung, tetapi terlibat dalam ‘diplomasi ulang-alik’ dalam pertemuan terpisah.

“Jika akan lebih mudah meloloskan perjanjian ini melalui diplomasi ulang-alik, kami tidak memiliki masalah dengan itu. Saya tidak berada di sini untuk foto kedua belah pihak berjabat tangan,” katanya.

Salame mengatakan bahwa saat ini dua rival di Libya itu sedang berusaha menyelesaikan poin-poin penting yang tersisa dalam perjanjian gencatan senjata mereka, poin yang meliputi proses pengembalian orang-orang yang mengungsi dari negaranya, pelucutan senjata dari kelompok-kelompok bersenjata di Libya, dan juga langkah-langkah dalam memantau status gencatan senjata itu sendiri.

“Perjanjian gencatan senjata ini dibuat dari sejumlah masalah yang ada, ada banyak titik konvergensi. Dan ada juga titik divergensi,” tambahnya.

Salame juga mengatakan bahwa akan ada komisi terpisah yang menangani urusan ekonomi antara kedua belah pihak yang akan bertemu di Kairo pada hari Minggu besok. Dia berharap bahwa dialog politik antara keduanya dapat dimulai di Jenewa pada tanggal 26 Februari nanti.

Perundingan gencatan senjata ini dilakukan di tengah-tengah diplomasi intensif di antara negara-negara besar yang berusaha untuk mengakhiri konflik di Libya, yang meningkat pada bulan April tahun lalu ketika Haftar melancarkan serangannya untuk merebut ibukota Tripoli dari tangan GNA.

Dalam konflik ini, pasukan militer Haftar, yang menguasai sebagian besar bagian timur dan selatan Libya, mengandalkan bantuan militer dari Uni Emirat Arab, Mesir, Prancis dan Rusia.

Di sisi lain, Turki, Italia, dan Qatar menopang pemerintahan GNA Libya yang berbasis di Tripoli. (Aljazeera.com)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *