Kasus Covid Meningkat, Saudi Perpanjang Masa Pembatasan Pergerakan
HIDAYATUNA.COM – Pada hari Minggu, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, mengatakan bahwa mereka akan memperpanjang jam pembatasan pergerakan (curfew) nasionalnya sampai pemberitahuan yang lebih lanjut. Hal ini mereka lakukan akibat adanya laporan lonjakan yang tajam dari kasus pasien virus corona, atau yang lebih dikenal sebagai covid-19, di kerajaan tersebut.
Pada pekan lalu, untuk membendung penyebaran virus di negaranya, Arab Saudi telah menerapkan jam pembatasan pergerakan (curfew) 24 jam di ibukotanya, Riyadh, dan juga di kota-kota besar lainnya.
Namun, di tiap harinya dalam empat hari terakhir, telah dilaporkan 300 kasus tambahan akibat wabah tersebut.
Seperti yang diketahui, dalam upayanya menekan penyebaran virus corona, kerajaan Arab Saudi telah menghentikan seluruh penerbangan internasionalnya, menghentikan prosesi ziarah Umrah, dan menutup sebagian besar tempat-tempat umum. Negara-negara Teluk lainnya juga telah mengambil tindakan pencegahan yang serupa.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, mengatakan bahwa semua upaya dan tindakan pencegahan di 13 wilayah Arab Saudi masih tetap diberlakukan ke depannya.
Wilayah Qatif timur, tempat dimana pertama kalinya kasus virus corona dilaporkan muncul di antara peziarah Muslim Syiah yang kembali dari Iran, juga masih ditutup sejak tanggal 8 Maret lalu.
Pada hari Selasa pekan lalu, Menteri Kesehatan Arab Saudi, Tawfiq al-Rabiah,juga telah memperingatkan bahwa virus itu ke depannya dapat berisiko menginfeksi antara 10.000 sampai 200.000 orang di kerajaan itu.
Kesal dengan beberapa tanggapan dari warganya terhadap krisis pandemi tersebut, Rabiah mendesak agar mereka lebih mematuhi arahan yang diberikan oleh pemerintah yang melarang adanya pergerakan ataupun berkumpul.
“Hari ini, kita sebagai masyarakat, berdiri di saat yang paling menentukan dalam meningkatkan rasa tanggung jawab dan kontribusi kita bersama-sama dengan tekad untuk menghentikan penyebaran pandemi ini,” katanya.
Rabiah menjelaskan bahwa jam pembatasan pergerakan (curfew) 24 jam yang telah diberlakukan pada pekan lalu benar-benar sangatlah diperlukan. Hal ini diutarakannya karena beberapa dari warga Arab Saudi tidak menganggap serius dari bahaya infeksi ini, dan justru tetap meninggalkan rumah mereka masing-masing dan tetap berkumpul dalam kelompok.
Hingga saat ini, negara dengan penduduk sekitar 30 juta orang itu, telah mencatat sekitar 4.462 kasus COVID-19 dan 52 kematian yang telah dikonfirmasi, sebuah angka tertinggi di antara enam Negara Teluk Arab lainnya. King Salman telah menyetujui permintaan tambahan 7 miliar riyal (sekitar $1,86 miliar) oleh Kementerian Kesehatan untuk memerangi wabah ini, dan tambahan $8,5 miliar lainnya dapat dicairkan sebelum akhir tahun, tambah Rabiah. (Middleeasteye.net)