Parenting Puasa di Bulan Ramadan untuk Anak

 Parenting Puasa di Bulan Ramadan untuk Anak

Amalan Doa agar Hidup Berkecukupan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Di bulan Ramadan, puasa menjadi kewajiban bagi umat muslim tanpa terkecuali. Kendati demikian, ada beberapa keringanan yang diberikan kepada pihak tertentu, dengan ketentuan yang telah disepakati oleh banyak ulama sejak di masa silam.

Sebagaimana ketentuan kewajiban beragama yang lain, ketentuan berpuasa juga disandarkan kepada perilaku dan tutur dari Nabi Muhammad Saw. Barangkali, salah satu keringanan itu bisa didapati pada puasanya anak kecil di masyarakat kita.

Puasa semacam ini kebanyakan disandarkan pada hadis Nabi, “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan salat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. (dan) Pisahkanlah tempat tidur mereka”. Hadis ini diriwayatkan Abu Daud, dan dinilai sahih oleh al-Hafizh Abu Thahir.

Selain itu, ada redaksi dari hadis lain yang juga digunakan sebagai legitimasi untuk mengajak dan mengajari anak berpuasa. Seperti misalnya hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim, bunyi redaksinya sebagai berikut:

“… kemudian kami membiasakan anak-anak kecil kami untuk berpuasa, insyaallah. Kami pergi ke masjid, lalu kami buatkan untuk mereka (anak-anak) mainan dari kapas yang berwarna. Kalau salah satu di antara mereka menangis karena (kelaparan). Kami berikan kepadanya (mainan tersebut) sampai berbuka puasa”.

Dua legitimasi ini diterjemahkan oleh masyarakat kita kepada anak-anak, sebagai puasa bedug atau puasa setengah hari. Ketika azan zuhur berkumandang, anak-anak bisa makan dan minum secukupnya lantas melanjutkan puasa sampai datangnya waktu maghrib. Mungkin hal semacam ini hanya bisa didapati pada muslim di masyarakat kita.

4 Tahap Mengajarkan Anak Berpuasa

Muhammad Abduh Tuasikal di bukunya Fikih Puasa Untuk Anak (2020) memberi beberapa tahapan cara mengajak anak untuk berpuasa di bulan Ramadan. Berikut 4 tahap mengajak anak berpuasa:

1. Memberi Pengetahuan Puasa Sesuai Usia

Beri penjelasan anak sesuai level pengetahuan mereka bahwa, puasa di bulan Ramahan merupakan kewajiban. Barang siapa yang menunaikannya, akan mendapatkan pahala berlipat. Sebaliknya, mereka yang tidak mengerjakan akan diganjar neraka.

2. Membiasakan Anak Berpuasa di Hari Biasa

Tahapan berikutnya, anak diajak untuk terbiasa berpuasa sebelum datangnya bulan Ramahan. Hanya saja ajakan ini mesti dibarengi dengan contoh dari si orangtua.

Dalam kerangka mendidik, menghafal dan meniru, perilaku orang terdekat menjadi jalan yang paling mudah untuk si anak.

3. Memberi Hadiah Setelah Berpuasa

Tahapan ketiga memberi anak reward ketika berhasil merampungkan puasa sehari penuh. Kendati ini berat, namun dapat memicu motivasi anak untuk menyelesaikan puasanya.

Tetapi orangtua juga mesti memperhatikan kondisi anak. Apakah anak memang mampu atau memaksakan dirinya supaya peroleh reward saat puasanya selesai.

Jika anak memang mampu, saya rasa tidak menjadi persoalan, akan tetapi jika anak memaksakan dirinya, laku puasanya malah menjadi pemicu persepsi dari sikap berbohong. Malah bisa memicu anak membenci ibadah berpuasa itu sendiri karena yang menjadi tujuannya bukan selesai berpuasa, tetapi reward yang akan didapat setelahnya.

4. Memberi Apresiasi dalam Bentuk Ucapan

Terakhir cara yang sederhana namun mujarab untuk menumbuhkan kemauan anak berpuasa ialah dengan memberinya pujian. Meski puasa yang dilakukan hanya mampu sampai jam 10 atau jam 12 siang, si anak berhak peroleh predikat sebagai anak yang baik, salih atau salihah.

Pujian semacam ini akan mendukung sisi emosional anak, ketimbang membandingkan dengan anak-anak lain yang seumurannya. Anak bisa merasa lebih dihargai dengan usaha puasanya sendiri.

Barangkali efek jangka panjangnya akan memicu anak untuk tidak meremehkan orang lain, meski kondisi dan situasinya kelak akan dibersamai dengan nalar kompetitif.

Tahapan-tahapan ini saya rasa dapat dijadikan acuan oleh orangtua untuk melatih puasa anak-anak. Selain puasa itu menjadi rukun Islam dan hanya bisa diketahui-sadari oleh orang yang melakukannya, tahapan ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi orang tua dan anak itu sendiri.

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *