Para Ulama Asia Soroti Disinformasi Penindasan Muslim

Keajaiban Intelektual Imam Ibnu Hajar: Sebuah Eksplorasi Kecerdasan dan Dedikasi (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kasus informasi penindasan terhadap muslim berbagai belahan dunia dikerap kali terjadi disinformasi. Menanggapi hal itu, sejumlah ulama Asia Tenggara dan Australia menyoroti disinformasi tersebut.
Salah satunya adalah mencari tahu apa yang menjadi sebab disinformasi itu kerap terjadi. Khususnya terkait masalah yang menyangkut penindasan yang dialami muslim.
Untuk menghindari terjadinya disinformasi tersebut, para ulama Asia meminta publik dunia untuk senantiasa mengedepankan sikap Tabayun. Dengan sikap tabayun ini diharapkan mampu meminimalisir kesalahan informasi.
Sebagaimana diketahui, dalam tahun terakhir ini, publik muslim dunia kerap mendapat informasi salah terkait penindasan Muslim Internasional. Selain itu soal disinformasi vaksinasi Covid-19 yang memicu banyak muslim khawatir.
Dalam dialog yang dilakukan ulama Asia ini mengangkat tema besar “Bijak Menyerap Informasi Melalui Konsep Tabayun”. Dilansir dari Tribun, para ulama menyebut krisis informasi yang keliru telah menciptakan situasi umat Islam yang justru menyudutkan umat Islam sendiri.
Ustaz Marzuki MN mengatakan, para ulama Asia Tenggara dan Australia memiliki keprihatinan yang mendalam. Terkait kekerasan terhadap muslim di daerah yang dilanda konflik. Seperti Palestina, Kashmir, pengungsi Suriah, serta pengungsi Rohingya dan Uighur di Xianjiang.
“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada semua pemerintah untuk menahan diri. Serta memungkinkan pelaporan informasi yang transparan dan adil dalam semangat tabayun,” ujar Ustaz Marzuki MN melalui siaran persnya, Kamis (2/9/2021).
Dalam dialog tersebut dijelaskan bahwa Islam mengenalkan prinsip tabayun untuk menegakkan etika yang baik dalam menverifikasi, mengklarifikasi, dan menvalidasi informasi yang keliru. Selain menyoroti tentang penindasan muslim Internasional, para ulama tersebut juga menyoroti tentang isu vaksin yang keliru di kalangan umat muslim selama ini.
“Pandemi Covid-19 telah menciptakan lingkungan yang tidak pasti dan menimbulkan informasi keliru dalam kampanye yang menyebarkan informasi palsu,” jelasnya.