Para Saintis Islam Zaman Pertengahan Pengaruhi Pemikiran Sains Barat

 Para Saintis Islam Zaman Pertengahan Pengaruhi Pemikiran Sains Barat

Para Saintis Islam Zaman Pertengahan Pengaruhi Pemikiran Sains Barat


HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam dunia sains modern, keberadaan para saintis atau ilmuwan bidang sains Islam zaman pertengahan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu sains di Barat. Hal ini diungkapkan Ehsan Masood dalam bukunya Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern.

Menurut Masood, selama 800 tahun lalu ilmuwan sains Islam zaman pertengahan mampu mengisi kekosongan dunia sains dengan hasil temuannya yang sangat bernas. Situasi ini yang kemudian yang mempengaruhi pemikiran sains Barat.

“Sebagai contoh, ahli fisika yang tinggal di Kairo bernama Ibnu al-Nafis telah menemukan sirkulasi paru-paru, peredaran darah melalui paru-paru, pada abad ke-13. Insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan terbang yang sukses enam abad sebelum Leonardo menciptakan ornitopternya yang terkenal,” ungkap Ehsan Masood di halaman 3, sebagaimana dikutip Hidayatuna.com, Sabtu (27/6/2020).

Tidak hanya itu lanjut dia, di Kufah, Irak, ada sososk Jabir bin Hayyan (dilatinkan menjadi Geber). Jabir adalah sosok saintis muslim yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum Boyle.

Selain itu, beberapa peneliti saat ini menunjukkan bahwa beberapa pelopor hebat dalam sains modern telah meneruskan hasil kerja para ilmuwan zaman Islam. Goerge Saliba dari Columbia University misalnya, menunjukkan dalam bukunya Islamic Science and the Making of the European Renaissance bagaimana ahli astronomi Polandia Nicolaus Copernicus menggunakan hasil karya ahli astronomi Islam sebagai dasar dari penemuan barunya pada tahun 1514 bahwa bumi mengelilingi Matahari.

“Ahli sejarah matematika juga telah menunjukkan bahwa aljabar, cabang ilmu matematika yang memungkinkan para ilmuwan menghitung jumlah yang belum diketahui telah dikembangkan di Baghdad pada abad ke-9 oleh Musa al-Khawarizmi, yang meneruskan karya yang ditemukannya dari ahli matematika di India,” ujar Masood.

Masood menyebut, para ahli sejarah berpendapat bahwa al-Khawarizmi telah mendapatkan buku-buku ilmu pengetahuan melalui pertemuan pertama Islam dengan India, yang terjadi sekitar satu abad sebelumnya. Sains modern juga bergantung pada solusi perhitungan kuadrat majemuk yang merupakan buah pemikiran penyair dan ilmuwan Umar Khayyam.

“Dan banyak ilmu pengetahuan kita tentang optik dan cahaya dibangun berdasarkan penelitian Hassan bin al-Haitsam (dilatinkan menjadi Alhazen) di abad ke-11 Kairo,” tandasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *