Panduan Mengenali Diri dalam Islam

 Panduan Mengenali Diri dalam Islam

Mengenali Diri

HIDAYATUNA.COM – Siapa kita sebenarnya? Kalimat untuk mengenali diri yang barangkali sudah sering menggema di banyak kepala manusia. Sebuah kalimat yang seolah akan berujung pada jawaban atas eksistensi diri manusia.

Selanjutnya kita tidak akan menjawab sendiri pertanyaan tadi. Namun kita akan mencoba mencari jawabannya sendiri-sendiri. Tulisan ini adalah panduan untuk mengenali diri Anda sendiri.

Untuk mengenali diri sendiri, maka kita semestinya merasakan mati. Siapa sih yang ingin cepat-cepat mati hanya demi mengenal diri sendiri? Semua yang bernyawa tentu tak luput dari ajal. Kematian tidak akan bisa ditunda.

Tahukah Anda jika ada kematian lain yang seharusnya dirasakan manusia sebelum jasadnya yang mati? Ialah kematian nafsu. Kematian nafsu atau mematikan nafsu merupakan perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya.

Manusia diminta mematikan nafsunya sebelum jasad yang benar-benar mati. Setidaknya agar nafsu pernah merasakan kematian.

Manusia memiliki hasrat dan keinginan, dan hasrat atau keinginan itulah nafsu kita. Ia membuncah di dada setiap insan. Nafsu untuk marah, iri, dendam, malas, bosan yang datangnya dari setan.

Nafsu ingin berbuat baik, ingin beribadah, dan sebagainya yang datangnya dari malaikat. Pun nafsu untuk makan, tidur, melegakan dahaga, bersenggama yang merupakan nafsu hewan.

Sebaiknya kita mematikan semua nafsu tersebut. Termasuk beribadah. Untuk apa ibadah kita jika kita melakukannya untuk mendapat pujian? Untuk diperlihatkan atau pamer ke orang lain, termasuk ke diri sendiri sehingga pujian juga kerap datang dari diri sendiri.

Nafsu kita selama ini telah membohongi kita dengan segala bayangan kenikmatan. Padahal sejatinya semua itu hanyalah pelampiasan nafsu semata. Lalu apa yang kita peroleh setelah mematikan nafsu?

Allah Swt. yang Maha baik akan memberikan kebaikan dan keburukan pada manusia. Kebaikan tentu datang dari Allah Swt. langsung dan keburukan datangnya dari diri kita sendiri.

Kebaikan dan keburukan itu menjelma sebagai ujian. Sekaligus sebagai fitnah agar kita tahu bahwa hanya kepada-Nya kita akan kembali. Tanpa terkecuali, semua akan menghadap pada Illahi.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *