Panduan Atasi Bencana dalam Alquran

 Panduan Atasi Bencana dalam Alquran

Panduan Alquran Atasi Bencana (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Alquran memberikan panduan manusia dalam mengatasi bencana. Tuntunan tersebut ditujukan bagi kehidupan jangka panjang atau kehidupan masa depan.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, menyampaikan, misalnya ketika membaca kisah Nabi Yusuf dalam Alquran. Dikisahkan ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Yusuf perihal mimpi-mimpinya itu.

Di antara mimpi yang ditanyakan itu adalah tentang tujuh ekor sapi gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus.

“Ini kalau kita mencoba memaknai dalam konteks mitigasi bencana, sebenarnya kisah itu berbicara mengenai suatu masa. Di mana kita ini harus berinvestasi karena ada saatnya di mana kita ini akan memiliki rezeki yang melimpah dan keadaan yang normal dan baik-baik saja. Tapi ada satu masa di mana kita akan mengalami kehidupan yang sangat sulit dalam berbagai hal,” kata Prof Mu’ti dikutip dari Republika, Ahad (15/8)

Ia menerangkan, dalam banyak hal, perencanaan kehidupan manusia biasanya dirancang untuk sesuatu yang normal. Kadang-kadang kurang mengantisipasi keadaan yang tidak normal dan mungkin terjadi di masa mendatang.

Ketika membaca kisah Nabi Nuh, lanjut Prof Mu’ti, Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat kapal pada saat tidak ada hujan dan banjir. Perintah tersebut tidak diterima oleh masyarakat pada waktu itu, bahkan banyak masyarakat yang mencibir Nabi Nuh yang membuat kapal.

“Tidak ada hujan, tidak ada banjir kok buat kapal, buat apa kapal itu. Tetapi kalau kemudian kita pahami dalam konteks yang berkaitan dengan bencana, sebenarnya Alquran mengajari kita lewat kisah Nabi-nabi itu mitigasi bencana,” ujarnya.

Prof Mu’ti mengatakan, sebelum bencana itu terjadi, sebaiknya manusia sudah bisa mengantisipasinya. Sehingga bisa menyelamatkan kehidupan manusia sebanyak-banyaknya, karena sudah menyiapkan berbagai hal sebelum sesuatu itu terjadi.

“Inilah menurut saya yang perlu menjadi pemahaman kolektif kita tentang pentingnya kita berbicara mengenai mitigasi (bencana) itu,” pungkasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *