Palestina Serukan Veto Amerika Serikat atas Gencatan Senjata di Gaza Sebagai Dukungan terhadap Kejahatan Perang

 Palestina Serukan Veto Amerika Serikat atas Gencatan Senjata di Gaza Sebagai Dukungan terhadap Kejahatan Perang

Masyarakat Dunia Soroti Sikap Amerika Serikat yang Dukung Genosida Palestina: Memalukan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Palestina – Pada tanggal 8 Desember lalu, perwakilan Palestina di PBB mengecam Dewan Keamanan PBB karena gagal mendukung rancangan resolusi yang meminta gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, AS veto gencatan senjata tersebut.

Amerika Serikat memveto resolusi yang dirancang UEA, yang disponsori bersama oleh hampir 100 negara anggota PBB.

AS telah melakukan veto sebanyak 44 kali di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Israel.

Hal ini didukung oleh 13 anggota Dewan Keamanan. Inggris, yang, seperti Amerika Serikat, merupakan anggota tetap dewan dengan hak veto, tidak mendukung resolusi tersebut, namun justru abstain.

Riyad al-Mansour menyebut kegagalan tersebut “sangat disesalkan” dan “bencana.”

“Alih-alih membiarkan Dewan ini menegakkan mandatnya dengan membuat seruan yang jelas, setelah dua bulan, bahwa kekejaman harus diakhiri, para penjahat perang diberi lebih banyak waktu untuk melanjutkan kejahatan mereka. Bagaimana hal ini dapat dibenarkan? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembantaian seluruh rakyat?” Dia bertanya.

Al-Mansour memperbarui permohonannya untuk gencatan senjata, dengan menyatakan bahwa setiap hari berarti hilangnya nyawa, orang terbunuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern.

Resolusi tersebut mendesak semua pihak yang berkonflik untuk mengikuti hukum internasional, terutama dalam perlindungan warga sipil, menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera, dan meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk melaporkan kepada dewan mengenai pelaksanaan gencatan senjata.

UEA, yang memperkenalkan rancangan tersebut, mengatakan pihaknya berupaya menyelesaikan resolusi tersebut secepatnya karena meningkatnya jumlah korban tewas selama perang 63 hari tersebut.

Robert Wood, perwakilan AS untuk PBB, mengatakan pemerintahan Biden menggunakan hak vetonya karena gencatan senjata akan memungkinkan Hamas untuk tetap menguasai Gaza.

“Selama Hamas berpegang teguh pada ideologi penghancurannya, gencatan senjata apa pun hanya bersifat sementara dan tentu saja bukan perdamaian. Dan setiap gencatan senjata yang membuat Hamas menguasai Gaza akan menghilangkan kesempatan warga sipil Palestina untuk membangun sesuatu yang lebih baik bagi diri mereka sendiri,” katanya.

“Oleh karena itu, meskipun Amerika Serikat sangat mendukung perdamaian abadi di mana Israel dan Palestina dapat hidup dalam damai dan aman, kami tidak mendukung seruan resolusi ini untuk gencatan senjata yang tidak berkelanjutan yang hanya akan menjadi benih bagi perang berikutnya. .”

Guterres pada hari Jumat sebelumnya memperingatkan Dewan Keamanan bahwa jaringan dukungan kemanusiaan di Gaza sedang menghadapi “keruntuhan total,” dan jika gagal, akan ada “konsekuensi yang menghancurkan” bagi wilayah tersebut dan akan mengakibatkan “gangguan total ketertiban umum dan keamanan. peningkatan tekanan untuk perpindahan massal ke Mesir.”

“Saya khawatir dampaknya bisa sangat buruk bagi keamanan seluruh wilayah,” katanya kepada Dewan Keamanan menjelang pemungutan suara mengenai rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera untuk mengakhiri permusuhan.

Perwakilan Palestina di PBB mengecam Dewan Keamanan PBB karena gagal mendukung rancangan resolusi yang meminta gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.

Amerika Serikat memveto resolusi yang dirancang UEA, yang disponsori bersama oleh hampir 100 negara anggota PBB. AS telah melakukan veto sebanyak 44 kali di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Israel.

Hal ini didukung oleh 13 anggota Dewan Keamanan. Inggris, yang, seperti Amerika Serikat, merupakan anggota tetap dewan dengan hak veto, tidak mendukung resolusi tersebut, namun justru abstain.

“Risiko runtuhnya sistem kemanusiaan pada dasarnya terkait dengan kurangnya keselamatan dan keamanan bagi staf kami di Gaza, dan dengan sifat dan intensitas operasi militer, yang sangat membatasi akses terhadap orang-orang yang sangat membutuhkan,” tambahnya.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 17,487 warga Palestina telah tewas termasuk 7,729 anak-anak, 5,153 perempuan. 4.680 warga Palestina terluka akibat pemboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel.

Sebanyak 81 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh oleh pemboman Israel yang tidak pandang bulu. Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.147 orang, menurut otoritas Israel. 138 warga Israel masih ditawan oleh Hamas. []

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *