Nasionalisme Pesantren Sebagai Penjaga Kemerdekaan RI

 Nasionalisme Pesantren Sebagai Penjaga Kemerdekaan RI

Membincang Islam dan Nasionalisme (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tentu bukan tanpa alasan kenapa pemerintah wajib melestarikan eksistensi pesantren di republik ini. Pesantren memiliki sejarah panjang dalam proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mulai zaman kerajaan, penjajahan sampai zaman yang serba digital saat ini.

Secara historis pada awal perkembangannya, kira-kira 7-8 abad yang lalu pesantren merupakan pusat penyiaran agama Islam. Pesantren fokus pada Islamisasi di Nusantara.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, pesantren tidak hanya fokus pada akselerasi vertikal (Islamisasi) semata, namun juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial) yang turut menumbuh suburkan bibit-bibit nasionalisme.

Puncaknya pesantren menjadi sentra perlawanan pada masa kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Sebab itulah pesantren memiliki andil yang besar nilainya dalam ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Banyak ulama dan santri yang gugur dalam rangka merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dalam merebut kemerdekaan Indonesia, pada awalnya nasionalisme pesantren tidak dilakukan secara terbuka seperti Budi Utomo dan organisasi pergerakan lainnya.

Nasionalisme pesantren mulai terangkat ke muka kira-kira setelah tahun 1920-an, setelah Kyai Wahab Hasbullah mulai berintegrasi dengan kaum pergerakan.

Di kalangan pesantren sendiri kyai Wahab adalah sosok pembangkit semangat perlawanan terhadap penjajah. Dia mendirikan organisasi pemuda bernama Nahdhatul Wathan pada tahun 1916.

Melalui Nahdhatul Wathan ia mendoktrin agar para santrinya memiliki jiwa nasionalisme. Salah satu doktrin legendaris dari beliau adalah syair “hubbul wathan” yang berarti cinta tanah air.

Kemudian dalam upaya mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia kita kenal dengan pertempuran 10 November di Surabaya yang ditetapkan sebagai hari Pahlawan Nasional, juga merupakan bukti bentuk nasionalisme pesantren.

Pada saat itu sekutu hendak kembali menguasai Indonesia, namun melalui resolusi jihad yang berisi kaidah tentang kewajiban mempertahankan tanah air telah membakar semangat berperang santri bersama rakyat Jawa Timur menolak kehadiran tentara sekutu. Jadi pantas jika dikatakan hari pahlawan nasional tidak akan tercipta tanpa peran santri saat itu.

Dari catatan sejarah tersebut, nasionalisme pesantren dapat diurai sebagai sebuah semangat kaum santri memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan dalam berbagai pergerakan.

Bagi kalangan pesantren, nasionalisme bukan saja masalah kebangsaan, namun juga masalah keagamaan. Jadi sangatlah naïf jika ada kaum sekuler yang mengatakan bahwa nasionalisme harusnya terpisah dengan Islam.

Jika demikian maka nasionalisme hanya bermakna simbolik semata. Padahal bagi kalangan pesantren, nasionalisme memiliki makna substansial, yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Karena pesantren menanamkan kepada santrinya bahwa menciptakan kesejahteraan rakyat adalah ibadah.

Di era yang serba canggih saat ini, nasionalisme pesantren diuji dengan adanya ideologi-ideologi asing yang dapat merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Ideologi perusak tersebut diantaranya adalah komunisme.

Meski secara historis sudah punah di Indonesia namun cara pandang atau berpikir komunis bisa saja sudah luas menggerogoti kesatuan bangsa. Begitu juga cara pandang sekulerisme yang juga dapat menjadi alasan perpecahan.

Selain itu dari Islam sendiri muncul beberapa ideologi dari kelompok ekstrimis yang menganggap kelompoknya paling benar, sedangkan kelompok Islam lain termasuk pesantren dianggap salah.

Tentu hal itu dapat menimbulkan perpecahan. Bahkan pada tingkat yang lebih ekstrim ideologi kelompok tersebut menjelma lebih kearah radikalis yang telah mencoreng nama baik Islam.

Karena efeknya muncul teroris-teroris tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan kelompoknya sendiri.

Oleh karena itu eksistensi pesantren ditengah pergulatan ideologi global masih tetap signifikan. Di era digital sekarang ini pesantren berperan sebagai benteng pertahanan dari imperialisme budaya serta ideologi pemecah yang begitu intens menghegemoni masyarakat.

Pesantren menjadi pelabuhan generasi muda agar tidak mudah terseret arus informasi yang menyeretnya dalam kehampaan spiritual. Bisa dibilang pesantren adalah masa depan Indonesia.

Sedangkan masa depan pesantren ditentukan sejauh mana dia mampu menjawab tantangan-tantangan global tanpa merusak jati dirinya.

Sebab itu pesantren yang terbukti mampu menanamkan semangat nasionalisme dalam diri para santrinya tidak layak untuk didiskriminasikan.

 

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *