Nama-Nama Ulama Nusantara dalam Daftar Historiografi Arab

 Nama-Nama Ulama Nusantara dalam Daftar Historiografi Arab

Ulama Se-Tasikmalaya Desak Pemerintah Proses Hukum Panji Gumilang

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Keberadaan ulama-ulama Nusantara pada masa abad ke-18 dalam kancah global cukup diperhitungkan dalam dinamikan intelektual Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya nama-nama ulama Nusantara yang masuk dalam daftar historiografi di Arab.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara” mengungkap deretan ulama Nusantara yang terdapat dalam literatur Arab atau tarajim (historiografi) Arab sejak abad ke-18.

“Diantaranya adalah Sayyid ‘Abd al-Rahman ‘Abd al-Shamad al-Palimbani (dari Palembang), Syaikh Mahfudz al-Termasi (dari Termas Jawa Timur), Syaikh Nawawi al-Banteni (dari Banten) sampai pada Syaikh Muhammad Yasin ibn Isa al-Padani (dari Padang Sumatera Barat),” ungkapnya dikutip Hidayatuna.com, Rabu (4/11/2020).

Dia menjelaskan bahwa nama-nama ulama di atas tercatat di historiografi Arab setelah mereka menuntut ilmu di Arabia. Kemudian mereka bermukim di Makkah dan tidak ditemukan dalam sumber-sumber lokal Indonesia.

Selain historiografi Arab ada juga historiografi ulama Indonesia yang hanya memuat ulama asal kawasan ini yang pertama kali muncul agaknya adalah karya Raden Aboe Bakar. Karya ini disebut-sebut sebagai informan Snouck Hurgronje di Makkah.

Ulama Nusantara yang Belajar di Makkah

Aboe Bakar menulis sebuah naskah yang lazim disebut sebagai tarajim al-ulama al-jawi (Leiden, Cod. Or. 7111). Naskah historiografi ulama Jawi ini memuat 13 ulama Indonesia yang bermukim atau menuntut ilmu di Makkah pada akhir abad 19.

Tiga belas ulama Indonesia tersebut mencakup murid asal Banten, yakni Nawawi (al-Bantani), Marzuqi, Isma’il, Abd al-Karim, Arsyad bin ‘Alwan, dan Arsyad bin As’ad. Juga ada ulama asal Priangan yaitu Hasan Mustafa dan Mahmud. Kemudian tiga ulama dari Batavia yaitu Junayd, Mujitaba, dan ‘Aydarus dan dua ulama asal Sumbawa yaitu Zainuddin dan Umar.

“Mereka ini, seperti dapat diduga belajar dengan sejumlah ulama mukimin di Makkah, khususnya yang berasal dari Nusantara, yakni Syaikh Isma’il al-Minangkabawi dan Syaikh Ahmad Khatib Sambas,” jelasnya.

Kembalinya ulama asal Indonesia ke Nusantara setelah belajar di Haramayn. Namun, tidak sedikit pula di antara ulama Indonesia yang bermukim selama-lamanya di Haramayn.

Meskipun demikian, kelompok-kelompok yang disebut belakangan tetap mempertahankan komitmennya kepada masyarakat muslim di Nusantara dengan mendidik para mukimin Jawi di Haramayn.

“Mereka juga menulis beberapa karya dan mengirimkanya ke Dunia Melayu. Mengingat bahwa para mukimin Jawi merupakan komunitas yang paling kuat memelihara ikatan dan komitmen batin mereka dengan negeri asalnya,” ungkapnya.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *