Nafsu yang Berpahala
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Melawan nafsu dengan cara tidak menuruti nafsu adalah ibadah. Bahkan Syekh Ibnu Athaillah merangkai dengan kata hikmahnya:
إذا التبس عليك أمران فانظر أثقلهما على النفس فاتبعه فإنه لا يثقل عليها إلا ما كان حقاً
Artinya:
“Jika ada dua hal yang tidak jelas bagimu maka lihatlah mana yang paling berat menurut nafsu lalu ikutilah. Sebab hal-hal yang berat menurut nafsu adalah sesuatu yang benar.”
Akan tetapi Allah yang menciptakan manusia dengan spek yang memiliki nafsu memberi ruang tersendiri agar berpahala saat meletakkan nafsu sesuai tuntunan agama, mampu melawan nafsu.
Sebagaimana dalam pertanyaan sahabat:
ﺃﻳﺄﺗﻲ ﺃﺣﺪﻧﺎ ﺷﻬﻮﺗﻪ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺟﺮ؟ ﻗﺎﻝ: «ﺃﺭﺃﻳﺘﻢ ﻟﻮ ﻭﺿﻌﻬﺎ ﻓﻲ ﺣﺮاﻡ ﺃﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺯﺭ؟ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺇﺫا ﻭﺿﻌﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﺤﻼﻝ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺃﺟﺮ»
Artinya:
“Apakah jika kami menyalurkan nafsunya kepada istri dapat pahala? Nabi menjawab: “Bukankah jika diletakkan dalam keharaman (zina) mendapat dosa? Maka jika menyalurkan nafsunya kepada istri yang halal mendapatkan pahala.” (HR Muslim)
Wah kalau begitu makin sering nikah berarti makin banyak pahalanya?
Sebentar dulu. Tidak harus banyak-banyak nikah. Cukup sekali saja dan sudah bisa mengobati keinginan nafsu:
ﻗﺎﻝ ﺟﺎﺑﺮ: ﺳﻤﻌﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: «ﺇﺫا ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺃﻋﺠﺒﺘﻪ اﻟﻤﺮﺃﺓ، ﻓﻮﻗﻌﺖ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ، ﻓﻠﻴﻌﻤﺪ ﺇﻟﻰ اﻣﺮﺃﺗﻪ ﻓﻠﻴﻮاﻗﻌﻬﺎ، ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺮﺩ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ»
Artinya:
“Jabir berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian mengagumi perempuan lalu masuk ke hatinya, maka datanglah ke istrinya lalu berhubungan. Cara itu dapat menolak terhadap nafsu.” (HR Muslim) []