Nabi Bukan Seorang Fakir
HIDAYATUNA.COM – Dalam suatu majelis, ada orang yang menyebut bahwa Nabi Muhammad Saw hidup dalam keadaan fakir. Al-Syekh al-Imam Taqiyuddin al-Subki al-Syafi’i dan al-Syekh al-Imam Tâjuddin al-Subki menolak menisbatkan demikian.
“Aku mendengar Syaikhul Imam al-Walid Rahimahullah berkali-kali, dan beliau berkeyakinan bahwa Nabi Saw tidak fakir sama sekali dan keadaan beliau bukanlah keadaan fakir.”
Beliau bahkan menjadi orang yang paling kaya karena Allah. Allah SWT. juga telah memberi kecukupan segala keperluan dunia beliau meliputi diri pribadi, keluarga, dan penghidupan beliau.
“Aku ingat bahwa al-Syaikh al-Imam Rahimahullah menyanggah di majelis beliau orang yang mengatakan bahwa Nabi Saw seorang fakir, dengan sanggahan yang sulit. Hampir-hampir beliau “melabrak”nya, dan tak ada yang lolos dari beliau, kecuali beliau meminta agar ia bertaubat dan patuh.”
Beliau Rahimahullah menjelaskan mengenai doa Nabi Saw:
اللهم أحيني مسكينا
“Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskîn”
Maksud Nabi Muhammad ialah istikânatul qalbi (ketundukan hati), bukan maskanah (kemiskinan) dalam arti tidak mendapat makanan yang cukup.
Beliau menuturkan itu dalam bab wasiat dalam syarh al-Minhaj dan Aku mendengar langsung dari beliau berkali-kali tak terhitung banyaknya. Beliau Rahimahullâh sangat mengingkari orang yang berkeyakinan demikian (berkeyakinan bahwa Baginda Nabi itu fakir), dan yang benar adalah pendapat beliau Radhiyallâhu ‘anhu.
Hal ini karena orang yang didatangi kunci-kunci perbendaharaan dunia, tentu mampu untuk mengambil “kekayaan” di dalam perbendaharaan itu dalam sekejap. Lantas, mengapa beliau disifati dengan tak punya apa-apa?
Oleh karena itu, Nabi Saw bukanlah seorang fakir harta sama sekali, bukan pula seorang miskin. Benar bahwa beliau manusia paling agung dalam perlindungan Allah, khudhu’ padaNya, sangat dahsyat dalam menampakkan kebutuhan beliau padaNya dan tunduk padaNya.