Mutu Etos Kerja dalam Alquran

 Mutu Etos Kerja dalam Alquran

Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial (Ilust/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM- Bagaimana kita memandang suatu pekerjaan baik dan buruk bahkan dipandang mulia atau tidak? Mutu etos kerja telah disebutkan dalam Alquran. Namun masih banyak dari kita yang memandang baik dan buruk pekerjaan sesuai tatanan sosial.

Pakaian yang digunakan karyawan atau pekerja bukanlah tolok ukur yang tepat. Pekerjaan seharusnya dipandang dari niat atau panggilan hati (rouping). Sejauh mana kebermanfaatannya bagi orang lain.

Beberapa realitas misalnya, orang yang bekerja sebagai karyawan di toko atau sebagai kuli ditertawakan karena kualifikasi pendidikannya. Sementara orang yang bekerja di kantor merasa berbangga diri dan dipandang bahwa pekerjaan itu mulia. Tanpa menjalankan tugas dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh.

Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam menegaskan bahwa hidup untuk beribadah (QS. Az-Zariyat: 56) sehingga dengan sendirinya kerja adalah ibadah. Ibadah pun hanya dapat diimplementasikan dengan kerja dalam segala manifestasinya (QS. Al-Hajj: 77-78, QS. Al-Baqarah: 177).

Moral menjadi hal yang harus dipertimbangkan ketika kita memilih pekerjaan itu baik atau tidak, tanpa diskriminisasi terhadap pekerjaan tertentu. Sebaliknya, Islam memuliakan setiap pekerjaan, baik bersifat pekerjaan otak atau otot, pekerjaan halus atau kasar. Pekerjaan itulah yang akan dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah SWT.

Adapun beberapa kualitas etika kerja yang harus diperhatikan yang Islami agar nilai ibadahnya tidak luntur, yakni:

Baik dan bermanfaat

Setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok selama pekerjaan itu sesuai dengan anjuran Islam yakni pekerjaan baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan. Pesan syariah yang semata-mata merupakan rahmat bagi manusia menjadi tolok ukur dari pekerjaan.

Selain bermanfaat dari sisi agama, juga dilihat dari segi sosial. Pekerjaan yang hanya mementingkan keuntungan pribadi tetapi merugikan sosial masyarakat tidak akan berlangsung lama, sebab dalam setiap kegiatan apapun kita butuh orang lain.

Jika tidak ada dukungan dari orang lain terutama masyarakat muskil ia akan dapat tumbuh lebih maju. Misalnya sampah yang dihasilkan dibuang sembarangan sehingga menyebabkan aliran sungai tercemar.

Seseorang harus memperhatikan kebermanfaatannya, baik manfaat dari segi agama maupun terhadap sesama. Misalnya, seorang pendidik menggunakan waktunya dengan sungguh-sungguh memberikan pengajaran sehingga anak didik memperoleh ilmu pengetahuan untuk diimplementasikan dalam kehidupannya. Bukan datang hanya untuk memberikan beberapa latihan soal tanpa ada transfer of knowledge terlebih dahulu.

Pekerjaan apa pun jika tidak dilaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka ia seyogyanya menyadari letak kemuliaan suatu pekerjaan. Untuk itu, mari bersama-sama saling menebar kebajikan demi kebermanfaatan bersama. Tanpa memandang seseorang mulia atau tidak dari segi pekerjaan, halus atau kasar dan otak atau otot.

Berusaha al-Ihsan dan al-Mujahadah

Ihsan berarti yang terbaik dari yang dapat dilakukan dan lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Setiap muslim harus berkomitmen untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan.

Seiring bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber daya lainnya akan berdampak pada meningkatnya kualitas pekerjaan dari sebelumnya. Bekerja dengan kesadaran bahwa dirinya sedang dilihat oleh Allah swt dan bahwa bekerja itu ibadah maka ia akan memiliki etos kerja yang ihsan (lebih baik lagi).

Misalnya seorang karyawan di toko bekerja secara jujur dan lebih baik lagi dari sebelum ia pertama bekerja. Bekerja dengan tanpa menginginkan pujian-pujian dari atasan atau tidak bermalas-malasan ketika atasan tidak ada di toko dan sebaliknya menjadi semangat ketika dilihat langsung oleh atasan.

Al-Mujahadah yang berarti “istifrag ma fil wus’i” mengerahkan segala daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dalam al-Qu’an meletakkan kualitas mujahadah dalam bekerja pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebajikan manusia sendiri, dan memiliki nilai guna yang semakin bertambah. (QS. Ali-Imran: 142, QS. al-Maidah: 35, QS. al-Hajj: 77, QS. al-Furqan: 25, dan QS. al-Ankabut: 69).

Bekerja dengan semangat jihad atau bermujahadah merupakan kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal sebelum berpasrah hasil akhirnya pada keputusan Allah. Misalnya, seorang pendidik memberikan seluruh pengetahuannya kepada anak didiknya melalui metode yang cukup efektif dan kemudian menyerahkan kepada Allah terhadap hasil apakah anak didiknya memahami dengan baik.

Berkompetisi dan tolong-menolong (Tanafus dan Ta’awun)

Alquran dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal salih. Hal ini terdapat dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah. Perintah “fastabiqul khairat” (QS. Al-Baqarah: 108) dan “wasari’u ilaa magfiratin min Rabbikum wajannah.” (QS. Ali-Imran: 133-135).

Terdapat juga ungkapan “tanafus” untuk menjadi hamba yang gemar berbuat kebajikan, sehingga berhak mendapat surga, tempat segala kenikmatan (QS. al-Mutaffifin: 22-26). Konteks persaingan dan ketakwaan karena yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah insan yang paling takwa (QS. al-Hujurat: 13).

Tujuan dasar semangat dalam kompetisi Islami yakni ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal salih untuk saling membantu (ta’awun). Hal ini memungkinkan amalnya lebih banyak serta lebih baik. Misalnya, berkompetisi untuk memberikan metode pembelajaran yang efektif sehingga anak didik lebih mudah memahami.

Sudah saatnya kita menyadari dan bertikhtiar bahwa semua pekerjaan itu sama sepanjang tugas, tanggung jawabnya dilaksanakan. Bekerja selayaknya beribadah yang dilihat langsung oleh Allah swt.

Pekerjaan otot maupun otak senantiasa berupaya dilakukan dengan baik, dengan manfaat, ihsan, mujahadah dan saling tolong-menolong. Dengan begitu akan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dan meraih ridha-Nya.

Ulfa Ainun Nikmah

https://hidayatuna.com/

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *