Muslimat dan Aisyiyah Bekerjasama dengan YAICI, Mengedukasi Gizi Masyarakat
HIDAYATUNA.COM, Jakarta — Yayasan Abhipraya Cendika Indonesia (YAICI) dan PP Asiyiyah, serta PP Muslimat NU bekerjasama dalam rangka mengedukasi masyarakat terkait susu kental manis.
Edukasi berlangsung di 13 kota dari delapan provinsi, yaitu, Bandung, Banten, Lombok, Bekasi, Makassar, Lebak, Serpong, Cirebon, Bekasi, Batam, Padang, Bali, dan Jambi.
Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah,Chairunnisa, mengatakan pihaknya melalui program Gerakan ‘Aisyiyah sehat (GRASS) menggerakkan kader-kadernya hingga ke tingkat desa, untuk memberikan penyuluhan tentang pola hidup sehat, edukasi gizi dan pola makan yang sehat.
Chairunnisa menegaskan edukasi harus dilakukan secara terpadu, melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat, pendidik, para penyuluh kesehatan, hingga masyarakat itu sendiri, khususnya ibu-ibu yang mengatur pola makanan di rumah.
“Oleh karena itu kami sangat mendukung program edukasi pangan sehat bekerjasama dengan YAICI ini,” kata dia, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/12/2019)
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, dr Erna Yulia juga mengatakan edukasi mengenai pangan sehat mendesak untuk dilakukan untuk mencegah penyakit tidak menular.
Erna memberi contoh, susu kental manis (SKM) yang selama ini dianggap sebagai pengganti susu padahal sebenarnya hanyalah pelengkap makanan.
“Pemahaman bahwa SKM sebagai pengganti susu ini terus kami galakkan pada masyarakat,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Cendika Indonesia (YAICI), Arif Hidayat, mengatakan pola hidup tidak sehat seperti mengonsumsi rokok dan alkohol serta kurang berolahraga disinyalir sebagai salah satu faktor pemicu penyakit tidak menular tersebut.
Selain itu pola makan dan asupan tidak sehat juga menjadi salah satu faktor penentu, yakni makanan yang terlalu banyak lemak, garam dan gula, serta perilaku diet yang tidak sehat.
“Konsumsi terlalu banyak gula juga menjadi salah satu faktor pemicu penyakit diabetes. Apalagi bila gula tersebut dikonsumsi anak-anak sejak masih balita. Ini sangat berbahaya karena berpotensi menjadikan anak tersebut menderita diabetes ketika ia berada pada usia produktif,” kata Arif Hidayat.