Mungkinkah Kita Mengubah Orang Lain?

 Mungkinkah Kita Mengubah Orang Lain?

Mengenal Empat Tingkatan Manusia (Ilust/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Terkadang saat kita melihat orang lain yang berada pada jalan yang tidak baik, hal itu turut menggerakkan hati kita untuk membantunya agar berubah. Apalagi jika orang tersebut memiliki hubungan yang dekat dengan kita, tentu ada rasa kasihan atau tidak tega jika melihatnya berada di jalan yang salah.

Misalnya saja saudara kita yang tidak menjalankan salat, padahal ia sudah dewasa dan sudah wajib untuk menjalankan salat.

Lalu, kita sering menyuruhnya untuk melakukan salat. Bahkan ditambah dengan dalil-dalil yang menunjukkan dosa-dosa orang yang tidak salat.

Meskipun hal itu benar, namun apakah bisa langsung menyadarkan saudaramu agar langsung rajin salat? Apakah Allah SWT. juga akan langsung memberikan hukuman pada orang tersebut karena tidak menjalankan perintahNya?

Justru yang ada ia tidak akan memedulikan apa yang kamu jelaskan dan tetap pada pendiriannya, yakni tidak mau salat.

Segala Sesuatu yang Dilakukan dari Hati Akan Nyaman dan Ringan

Meskipun setiap waktu kamu sudah mengingatkan untuk melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT., namun jika hal tersebut hanya sebatas perintah dan bukan dari hati untuk melakukannya, maka akan percuma.

Melakukan segala sesuatu akan terasa nyaman dan ringan jika berasal dari hati. Ia bukan lagi berpikiran hanya sebatas untuk memenuhi perintah, tetapi juga menyadari apa manfaat atau kebaikan yang akan diperoleh.

Walaupun boleh saja untuk selalu mengingatkan agar berbuat baik dan menjalankan perintah-perintah Allah SWT., namun jika belum berasal dari hatinya, maka ada potensi di lain waktu untuk tidak melaksanakannya.

Tugas Kita Hanyalah Menasihati, Bukan Mengubah

Agar seseorang bisa menjalankan sesuatu yang baik dan sesuai dengan perintahNya, kita tidak memiliki kuasa untuk mengubahnya. Tugas kita hanyalah menasihati dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan, dan pastinya tetap sabar.

Kita ketahui bersama bahwa karakter setiap orang tidaklah sama. Bahkan untuk menasihati pun juga harus dipahami terlebih dahulu bagaimana karakter orang tersebut.

Sebab ada beberapa orang yang ketika dinasihati akan merasa digurui atau langsung merasa sakit hati sehingga, kita harus mencari tahu. Srategi apa yang paling tepat untuk memberikan nasihat tanpa menunjukkan secara jelas jika kita memang sedang memberikan nasihat.

Misalnya saja saat sedang berjalan-jalan, kemudian terlibat obrolan yang seru dan disangkutpautkan dengan fenomena yang baru saja terjadi atau dilihat bersama. Pastinya dengan tetap menggunakan bahasa yang santai.

Jadi, seolah-olah ia tidak sadar bahwa dirinya tengah mendapatkan suatu pembelajaran yang berharga sehingga, dalam hal ini tugas kita hanya bisa sebatas untuk menasihati saja. Bukan untuk mengubah seseorang karena yang bertugas untuk mengubah seseorang hanyalah Allah SWT.

Allah SWT Maha Membolak-Balikkan Hati

Kamu pasti sudah tahu bahwa Allah SWT adalah maha membolak-balikkan hati manusia. Hal tersebut benar adanya.

Tidak hanya tentang jodoh saja untuk ditetapkan kepada siapa hati ini akan berlabuh, tetapi juga pada urusan lainnya, termasuk untuk menjalankan apa yang menjadi perintahNya.

Hal ini sebagaimana doa yang dilantunkan oleh Nabi Saw:

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)”.

Doa inilah yang dilakukan oleh Nabi Saw sekaligus sebagai bentuk pengajaran pada umatnya agar selalu memasrahkan hal-hal yang berkenaan dengan hati hanya kepada Allah SWT. Di mana supaya tetap diberikan keteguhan hati, keimanan, serta akhlaqul karimah.

Jadi, jika kita melihat orang lain melakukan sesuatu yang menyalahi, maka tugas kita hanya memberi nasihat saja. Bukan untuk mengubahnya karena memang diri kita tidak memiliki kuasa akan hal tersebut. Hanya Allah SWT-lah yang berkuasa untuk mengubah hambaNya.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *