Muhammad Abduh: Tawaran Pendidikan Reformis

 Muhammad Abduh: Tawaran Pendidikan Reformis

Kecerdasaan dan Keistimewaan Imam Syafi’i Saat Kecil (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Pembaharuan Islam dimulai sejak tahun 1800-an sampai pada detik ini dengan sosoknya yang melegenda ialah Muhammad Abduh. Ada banyak celah yang dianggap sebagai faktor kemunduran umat Islam sehingga diperlukan satu gerakan yang mengarah pada proses kemajuan, yaitu pembaharuan.

Di sini, ada semacam kesadaran baru umat Islam untuk melakukan perubahan besar-besaran dalam segala bidang. Umat Islam dianggap telah menikmati masa kemunduran yang cukup mengenaskan. Bayangkan saja, dari bidang politik, ekonomi, sosial dan pendidikan harus tertinggal jauh dari bangsa Eropa.

Masa di mana umat Islam mengalami tekanan dan kelemahan lahir seorang laki-laki. Kondisi itu pada akhirnya mempunyai kontribusi dan perhatian pada pembaharuan pemikiran umat Islam

Sebagai laki-laki yang lahir dan besar dalam tradisi keagamaan yang kuat dan berada dalam lingkungan pedesaan, membuat Muhammad Abduh tumbuh menjadi anak yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sekitar.

Singkatnya, inilah yang kemudian menjadikan dia berangkat ke Al-Azhar Kairo, yang di masa itu menjadi tempat pemburuan ilmu pengetahuan umat Muslim dunia. Di sinilah Muhammad Abduh menemukan energi untuk melakukan satu gerakan dan terobosan baru dalam dunia pendidikan.

Salah satunya Abduh menolak adanya taklid buta kepada teks-teks keagamaan dan Imam Mazhab yang empat. Abduh juga mengajak umat Muslim untuk terbuka dalam menyikapi perkembangan zaman sehingga menganjurkan untuk berijtihad dalam mengambil suatu keputusan. Apalagi berkenaan dengan kehidupan masyarakat umum.

Pembaruan di Dunia Pendidikan

Sumbangsih Muhammad Abduh dalam peradaban umat Islam dimulai dengan memperbaiki sistem pendidikan. Sebab, pendidikan dianggap sebagai faktor utama untuk menyelamatkan keterbelakangan umat Islam, khususnya masyarakat Mesir waktu itu.

Pendidikan yang digagas oleh Muhammad Abduh bukan model seperti yang selama ini melekat dalam pola pikir umat Islam. Pola pikir yang paten mengamini dualisme dalam konteks pendidikan, Abduh menolak dan merombak semua itu.

Menurutnya, dalam sekolah agama juga patut diajarkan materi-materi yang bersinggungan dengan pengetahuan alam, teknologi dan sains. Begitupun dengan sekolah umum, diperlukan materi keagamaan untuk menambah wawasan spiritualitas anak didik.

Ide semacam ini lahir dari seorang modernis yang benar-benar peduli pada kondisi masyarakat Muslim yang sudah jauh tertinggal dari bangsa Eropa. Abduh juga menawarkan ajaran dasar Islam dalam ranah yang kehadirannya bisa diterima oleh masyarakat modern.

Tentu Abduh pun memperbolehkan pembaharuan lebih lanjut di satu sisi dan mempelajari ilmu pengetahuan modern di sisi lain.

Syafi’i Ma’arif  mengatakan adanya relevansi yang signifikan antara pembaharuan dengan pendidikan. Salah satu fungsi pendidikan adalah membebaskan masyarakat dari belenggu keterbelakangan.

Membebaskan Masyarakat dari Penjajahan dalam Pendidikan

Maka, untuk melakukan pembebasan dan kemerdekaan berpikir dalam masyarakat yang ideal, tentu pendidikan menjadi pondasi dasar. Untuk menuju kemerdekaan atau pembebasan masyarakat dari kungkungan penjajahan budaya, sosial dan ekonomi.

Model pendidikan yang ditawarkan Muhammad Abduh bertujuan untuk mendidik akal dan jiwa. Kemudian mengembangkan untuk lebih mapan dan menyalamatkan di dunia dan akhirat.

Muhammad Abduh pun merumuskan kurikulum dengan berpatokan pada tingkatan-tingkatan atau kelas tertentu. Di antaranya adalah tingka dasar, tingkat menengah dan pendidikan tinggi. Hal semacam ini tuntu didasari pada pola pembagian manusia yang sesuai dengan lapangan pekerjaan yang akan mereka tekuni dan jalani.

Ada dua asapek metodologis pendidikan yang gencar digaungkan oleh Muhammad Abduh, yaitu dalam bentuk mikro dan makro. Sebagai sosok pemikir revolusioner dan pembaharu Islam, Muhammad Abduh cukup besar sumbangsihnya dalam upaya perbaikan pembaharuan pemikiran Islam kontemporer.

Di antara kontribusi pemikiran pendidikannya dalam pengembangan teori pendidikan Islam adalah: purifikasi, reformasi pendidikan, formulasi, dan penyatuan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Muculnya gagasan ini dilatarbelakangi oleh kemunduran sistem pendidikan dalam kehidupan umat Muslim yang hanya berpatokan pada tektualitas tanpa memandang konteks.

 

 

Referensi:

Muhammad Jābir al-Anṣari, Muhammad `Abduh wa as-Ṣahwah al-Islāmiyah al-Mujhaḍah, dalam al-`Arabi (Kuwait: Kuwait Foundation, edisi 559, Juni 2005), hlm. 76.

Syafi’i Ma’arif, Peta Intelektual Muslim Indonesia (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 40.

Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh alUstaz al-Imam Muhammad Abduh, jilid III (Kairo: Dar al-Manar, 1931), hlm. 13.

Muhammad Syaiful Bahri

Belajar menulis esai dan resensi di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY)

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *