Moderasi dalam Berjihad

 Moderasi dalam Berjihad

Menyoal Fatwa-Fatwa Tidak Jelas di Medsos (Ilustasi/Hidayatuna)

Artikel berikut merupakan kiriman dari peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com yang lolos ke tahap penjurian, sebelum penetapan pemenang. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

HIDAYATUNA.COM – Diskursus tentang jihad tidak pernah surut menjadi perbincangan, baik oleh sarjana muslim maupun non muslim. Hal ini dikarenakan, fenomena jihad saat ini menjadi sorotan utama yang perlu dikaji dan diteliti secara mendalam.

Seruan untuk berjihad dalam Alquran banyak tersebar, misalnya terekam dalam Qs. al-Tawbah [9]:41:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَالِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ 

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

Sementara itu, hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi menuturkan, bahwa sepulang dari medan pertempuran Nabi saw bersabda:

“Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.

Demikian Alquran dan hadis menerangkan, jihad harus dijalankan secara totalitas, meskipun harus berkorban jiwa, raga, harta dan nyawa sekalipun. Jihad diserukan hanya untuk ‘meninggikan’ kalimat Allah swt.

Jihad Melawan Hawa Nafsu

Jihad menjadi tema yang urgen karena juga menjadi salah satu pokok ajaran dalam Islam. Ia memiliki makna ganda, yang digunakan dan disalahgunakan oleh sebagian orang, demikian ungkapan orientalis John L. Esposito.

Hal ini didasarkan pada pemahaman terhadap Alquran yang dalam konteks ini, jihad dalam periode Makkah dengan orientasi dakwah ter-naskh oleh ayat-ayat jihad periode Madinah yang berorientasi pada peperangan fisik. Dengan pemahaman demikian, jihad telah dipersempit maknanya dengan peperangan fisik mengangkat senjata.

Tak ayal, di era milenial saat inipun masih banyak ditemukan hal demikian. Bom bunuh diri, tindak terorisme, dan bentuk kerasan lain menjadi contoh dalam fenomena ini.

Sejatinya, jihad yang diajarkan dalam Islam dari  kedua sumber pokoknya, Alquran dan hadis sudah bersikap moderat. Dari kedua sumber tersebut makna jihad dapat disimpulkan.

Pada satu sisi, agama memerintahkan jihad dengan cara perjuangan dalam bentuk fisik, seperti berperang melawan musuh, melawan penjajah dan lain sebagainya. Namun pada sisi yang lain, agama memerintahkan jihad dalam bentuk nir kekerasan, seperti jihad melawan hawa nafsu syetan.

Oleh karena itu, jihad harus dipahami secara seksama. Pakar tafsir Nusantara, M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah mengatakan bahwa jihad harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Hal ini mutlak, karena pemahaman terhadap makna jihad terus ‘bergerak’ agar menemukan makna yang tepat.

Jihad yang Moderat di Tengah Pandemi

Jihad harus dipahami secara moderat. Tidak hanya dimaknai sebagai perang fisik ataupun hanya dengan non fisik.

Jihad dalam konteks saat ini ada banyak macam jenis dan cara. Mengembangkan ilmu pengetahuan termasuk berjihad, dengan mengikuti program belajar mengajar yang dijalankan oleh pemerintah setiap umat baik dalam segala hal telah dinilai berjihad.

Bekerja keras menafkahi keluarga juga termasuk jihad. Sebagai seorang yang bertanggung jawab, seorang ayah misalnya dengan jerih payahnya membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga juga dinilai berjihad. Begitu juga sebaliknya, seorang ibu yang dengan ikhlas merawat dan mendidik anak-anaknya juga bernilai jihad.

Sementara itu dalam kondisi pandemi sekarang ini melawan virus juga termasuk jihad. Dengan menerapkan protokol kesehatan, memamakai masker, sering mencuci tangan/handsanitizer, menjaga jarak (pisychal distancinng), suntik vaksin atau segala upaya untuk mencegah penularan virus juga dapat dikatakan berjihad.

Bentuk lain jihad saat ini ialah dengan melawan segala bentuk radikalisme. Tidak dipungkiri kelompok-kelopok radikalis saat ini masih menjamur di bumi pertiwi.

Peristiwa-peristiwa bom bunuh diri, ekstremisme, dan segala bentuk teroris masih sering terjadi. Hal ini menjadi PR buat kita semua, bahwa segala bentuk tindakan tersebut harus dilawan dengan sungguh-sungguh. Agar rasa kenyamanan dan ketentraman dapat disemaikan.

Thoriqul Aziz

Thoriqul Aziz merupakan peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com, artikel tersebut adalah tulisan yang lolos ke tahap penjurian sebelum penetapan pemenang.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *