Moderasi Beragama dan Radikalisme di Era Pandemi Covid-19

 Moderasi Beragama dan Radikalisme di Era Pandemi Covid-19

Covid-19 (Ilustrasi/Hidayatuna)

Artikel berikut merupakan kiriman dari peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com yang lolos ke tahap penjurian, sebelum penetapan pemenang. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

HIDAYATUNA.COM – Islam sebagai rahmatan lil’alamin menyebarkan kedamaian dakwah pertama kali yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, setelah turunnya wahyu yang kedua. Kemudian disampaikan kepada umat sampai sekarang. Dengan penyebaran agama Islam yang semakin luas, maka semakin luas pemahaman tentang Islam.

Seiring berjalannya waktu, umat islam saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain. Apalagi di masa pandemi, banyak yang kurang menghargai, kurang bersyukur. Jika bisa mengambil dari hikmah saat ini maka hidup terasa tenang aman dan nyaman.

Di era serba canggih ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membuat berbagai macam aliran dan pemahaman yang bermunculan. Baik pemahaman yang moderat bahkan sampai aliran pemahaman yang radikal. Agama islam menjadi salah satu yang berperan penting dalam menjaga keutuhan baik beragama maupun bermasyarakat.

Kemunculan paham radikalisme dalam masyarakat menjadi tugas bersama. Tidak hanya dari pihak kepolisian atau jajarannya, tetapi kita semua harus terlibat didalamnya dalam memberantas paham radikalisme yang selama ini merasahkan masyarakat.

Islam adalah agama yang damai, tidak mengajarkan kekerasan, justru mengajarkan saling menghormati dan menghargai agama lain atau aliran -aliran yang lain. Kita sebagai umat muslim bertugas dalam memfilter informasi-informasi yang diterima.

***

Moderasi beragama menjadi jalan penengah bagi tercapainya perdamaian di dalam permaslahan umat sekarang ini. Munculnya paham dan Gerakan radikalisme akibat dari pemahaman agama yang masih tengah-tengah belum sampai tuntas ke akar-akarnya.

Radikalisme menjadi tantangan bagi umai Islam dan masyarakat secara umum. Maka dari itu moderasi beragama sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat terlebih di era modern dimana serba tekhnologi.

Di tengah pandemi di era digitalisasi serba tekhnologi, muncul pula pemikiran-pemikiran yang modern. Tentunya pemikiran-pemikiran tersebut tidak terlepas dari bermacam aspek seperti Pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan keagamaan.

Modernisasi dalam bidang sains dan teknologi, manusia dituntut untuk terus maju dan mampu beradaptasi pada lingkungan kehidupannya. Sehingga membawa dampak kemajuan pada masyarakat terutama dalam sosial media.

Fenomena radikalisme yang terjadi dimulai dari wilayah timur tengah, hal ini terjadi karena krisis identitas yang merupakan mayoritas beragama menolak terjadinya modernisasi. Dengan adanya penolakan terhadap modernisasi yang dicanangkan oleh negara barat kepada masyarakat Islam, maka terjadi sebuah kemunduran.

Akibat dari penolakan tersebut, maka muncul paham radikal dalam tatanan masyarakat Islam sehingga terjadi kemerosotan moral agama yang disebabkan oleh kemajuan tekhnologi. Sehingga ilmu pengetahuan dalam modernisasi yang berhaluan Barat.

***

Munculnya paham radikalisme merupakan suatu bentuk dari ekspresi orang Islam yang dilakukan secara berlebihan dalam merespon permasalahan sosial agama dan politik. Sehingga mengakibatkan muncul sikap yang di luar batas kewajaran manusia.

Salah satu yang menjadi fenomena gerakan kelompok radikal umat beragama yang mengatasnamakan Islam yaitu kelompok ISIS ( Islamic State of Iraq and Syria). Kelompok itu merupakan kelompok radikal yang ingin membentuk suatu negara yang berdasarkan Syari’at Islam.

Tetapi cara yang di tempuh tidak sesuai dengan syari’at Islam. Bahkan kelompok tersebut melakukan perluasan kekuasaan dengan membawa atas hukum Islam dan mengatas namakan jihad.

Di era modern agama memiliki peran penting dalam masyarakat sebagai pedoman serta memposisikan diri untuk berdampingan dengan zaman yang terus berkembang sehingga tidak menyimpang. Informasi keagamaan dengan mudah dikemas baik dalam bentuk buku video atau berbagai platform media sosial. Disisi lain moderasi beragama mampu mempengaruhi kesehatan mental.

Fenomena kekerasan dan intoleransi antar umat beragama terus terjadi di wilayah Indonesia. Banyaknya kekerasan yang dilatarbelakangi ketidaksesuaian komunikasi kedua belah pihak.

***

Indonesia sangat kaya dengan keragaman budaya, ras, etnis, bahasa dan agama, namun hal tersebut bukan menjadi kendala untuk berbeda antar satu dengan yang lain. Dengan perbedaan itulah suatu kelebihan yang harus dijunjung tinggi untuk memoerert tali silaturrahmi dalam membingkai keragaman.

Di wilayah Indonesia, beberapa tahun ini sering terjadi konflik seperti bom bunuh diri di gereja Katedral Jakarta. Dalam aksi tembak-tembakan dengan kepolisian, seorang dengan beraninya menodongkan pistol ke kepolisian namun sebelum mengenai pihak kepolisian, wanita tadi tersungkur karena di tembak terlebih dahulu.

Aksi tersebut masih di tengah pandemic covid-19 yang harusnya untuk banyak melakukan kebaikan atau mendekat kepada Allah SWT. Tetapi malah dipakai yang tidak bermanfaat malah merugikan semua pihak. Kemudian ada juga masjid juga dibakar oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Oleh karena itu paham-paham radikalisme bisa terealisir dengan konsep mederasi beragama di tengah panemi Covid-19. Islam menjadi contoh dalam mengimplementasikan moderasi beragama.

Dengan moderasi beragama menjadi jalan tengah dan sebagai solusi sehingga tidak terjadi salah paham dalam mendalami ilmu agama Islam yang rahmatan li’alamin. Yaitu dengan saling hormat menghormati antar agama sehingga menjadi kunci agar tidak terjadi sekat atau perbedaan yang menjadi identitas yang harus dimiliki antar umat beragama.

Sri Indah

Sri Indah merupakan peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com, artikel tersebut adalah tulisan yang lolos ke tahap penjurian sebelum penetapan pemenang.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *