Mistis! Kisah Mbah Hamid Setiap Pagi Mengajar Santri Dari Golongan Jin
HIDAYATUNA.COM – KH. Abdul Wahab Hasbullah (Pendiri NU) mempunyai adik kandung yaitu KH. Abdul Hamid Hasbullah (Mbah Hamid), Mbah Wahab dan Mbah Hamid adalah sosok adik-kakak yang saling melengkapi.
Karena Mbah Wahab disibukkan dengan kiprahnya secara nasional, Mbah Hamid lah yang fokus mengasuh pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
Suatu ketika Gus Ghozi Yogyakarta bertanya kepada Mbah Wahab, “Mbah, kenapa Jenengan (anda) selalu datang langsung ke Mbah Hamid setiap pulang dari Jakarta?” Mbah Wahab menjawab,”Arek iku wali” (anak itu waliyullah).
Di antara karomah Mbah Hamid adalah aktifitas rutinan beliau, yakni mengaji setiap pagi antara jam 8 hingga 9 pagi di ndalem kesepuhan sebelah utara masjid.
Namun ketika Mbah Hamid mengaji, tidak terlihat santri yang mengikutinya. Mbah Hamid hanya membacakan kitab, tapi majelisnya kosong tidak ada santri yang mengikuti.
Namun demikian saat sedang mengaji, apabila ada kendaraan lewat di depan ndalem (rumah) beliau, pasti kendaraan tersebut mogok.
Kalau yang lewat kuda dokar atau bendi, pasti kudanya tiba-tiba berdiri, melenguh dan tidak mau jalan.
Setelah diselidiki, ternyata pada jam tersebut Mbah Hamid sedang mengaji khusus kepada santri-santri dari golongan jin.
“Sehingga banyak orang-orang yang niteni (mengetahui) kalau setiap jam 8 hingga 9 pagi, tidak ada yang berani lewat di depan ndalem beliau. Sebab Mbah Hamid sedang mulang atau mengajar jin“, tutur Gus Ghozi.
Karomah Mbah Hamid Lainnya
Karomah lainnya adalah kemana mana Mbah Hamid sering berjalan kaki, namun anehnya, setiap ketemu orang mengucapkan salam, langsung seperti menghilang, kayak jalan tapi super cepat.
Hal itu disaksikan banyak orang pada zamannya, baik ketika ngaji rutin ke desa Sambong, Krapak, Kalijaring, dan tempat tempat lainnya.
Belum lagi kesaksian warga sekitar bahwa Mbah Hamid ketika berjalan di tengah derasnya hujan, tapi tidak basah, termasuk bisa menghentikan hujan dan mendatangkan hujan.
Hal yang demikian ini banyak yang menyaksikan, bahkan mendapatkan ijazahnya, di antaranya adalah Kiai Chudlori Ngrawan guru senior Bahrul Ulum.
Sumber : Tambakberas, Menelisik Sejarah, Memetik Urwah